Kuliner di jalan slamet riyadi solo

Gundana

Aktif menjadi freelancer semenjak pertengahan 2013 sebagai kontributor di beberapa majalah online travel dan teknologi. Selain aktifitas menjadi kontributor, juga seorang gamer meskipun masih belum bisa dibilang pro. Bermain game hanya di saat senggang dan sebagai hasrat penyalur hobi saja. Pekerjaan sebagai freelancer yang fleksibel dalam hal tempat, membuat aktivitas travelling bisa dilakukan kapan saja sekaligus sebagai sumber inspirasi dalam menulis. Selain sebagai freelancer juga sedang merintis usaha baru kecil-kecilan di bidang fashion dengan membuka toko di pinggiran kota. Untuk menghabiskan waktu senggang biasanya dengan berkeliling menggunakan sepeda karena lingkungan tempat tinggal masih asri dan sejuk. Setidaknya cukup sebentar saja di pagi hari sebelum memulai rutinitas sudah cukup.

8 Kuliner Solo Night Market Wajib Kamu Datangi Saat Bertandang ke Solo

Laporan Wartawan Grid.ID, Novita D Prasetyowati

Grid.ID – Bagi beberapa wisatawan, Solo merupakan kota kecil yang jarang sekali diekplorasi.

Hal ini karena letak Solo berada dijalur yang menghubungkan kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta.

Sehingga kota yang satu ini hanya dilewati tanpa banyak ada yang singgah lebih lama dan mengeksplor kekayaan yang ada di dalamnya.

Namun setelah adanya figur orang nomor satu di Indonesia yang terlahir dari Kota Solo, eksistensi Kota Solo menjadi semakin dikenal masyarakat luas, bahkan mancanegara.

(Baca Juga: Jangan Lewatkan Fenomena Alam yang Indah Gerhana Bulan Total)

Bagi kamu yang tengah singgah atau berkunjung ke Kota Solo, wajib tahu kuliner nikmat yang ada di sana.

Memang Solo identik dengan budayanya yang kental, tapi ragam kuliner malam yang ada di sana wajib untuk dicoba.

Mulai dari makanan ringan hingga makanan berat bisa kamu temui di beberapa wilayah di Kota Solo.

Berikut 7 jenis kuliner malam di Kota Solo yang bisa kamu coba saat berada di Kota Solo.

1. Galabo

Salah satu tempat yang bisa dikunjungi saat lapar pada malam hari adalah Galabo.

Galabo merupakan singkatan dari Gladag, Langen, dan Bogan.

Galabo merupakan pusat kuliner malam di Kota Solo yang terletak di jalan Slamet Riyadi.

Banyak sekali menu makanan yang bisa kamu temukan di sana.

Mulai dari minuman susu segar, asele, sate buntel, timlo, hingga nasi liwet bisa kamu dapatkan di Galabo.

Galabo buka setiap hari dari pukul 5 sore hingga pukul 5 pagi.

Harga yang ditawarkan di sini beraneka ragam, tapi tetap ramah di dompet.

(Baca Juga: 7 Tempat Snorkeling Paling Keren, yang Nomer 4 Terbaik di Dunia)

2. Markobar

Buat kamu yang lapar di malam hari tapi malas makan nasi, kudapan yang satu ini pas buat untuk dicoba.

Hampir di sepanjang jalan di Kota Solo pasti banyak ditemukan jajanan yang satu ini.

Banyak pedagang yang menjual martabak di Solo, tapi yang paling diincar adalah Markobar.

Dari segi namanya, tentu Markobar sudah tak asing lagi bukan?

Yap, Martabak Kota Barat alias Markobar ini punya banyak cabang hampir di seluruh Indonesia.

Martabak kepunyaan keluarga presiden ini menjadi salah satu kuliner yang banyak dicari wisatawan saat berkunjung di Kota Solo.

Markobar street food ini mulai buka dari pukul 15.00 sampai pukul 23.00.

3. Harjo Bestik

Bestik merupakan salah satu kuliner khas Solo.

Nah di Resto Harjo Bestik ini kamu akan menemukan banyak jenis bestik dan menu lain seperti nasi goreng, bakmi godog, bakmi goreng, risol kuah, dan risol goreng yang bisa kamu nikmati.

BACA JUGA:   Kuliner malam surabaya dekat tunjungan plaza

Resto Harjo Bestik berada di Jl. Veteran 140, Gemblegan, Kota Solo.

Untuk harga yang ditawarkan cukup murah, yaitu mulai dari Rp14 ribu.

Resto Harjo Bestik bisa kamu datangi mulai pukul 18.00 hingga 24.00 WIB.

(Baca Juga: Lima Buah Unik yang Ukurannya Sekecil Semut, Gemes Banget Liatnya)

4. Susu She Jack

Susu She Jack merupakan angkringan yang buka pada malam hari di Kota Solo.

Meskipun menu utamanya adalah susu sapi murni asli dari Boyolali, tapi di Susu She Jack ini juga terdapat banyak menu seperti yang ada di angkringan.

Mulai dari menu berbagai macam nasi bungkus, gorengan, hingga aneka macam sate bisa kamu nikmati di sini.

Susu She Jack sangat mudah ditemui di berbagai titik di Kota Solo.

Biasanya kedai Susu She Jack mulai buka dari pukul 17.00 hingga 02.00 dini hari.

Harga di sini sangat murah, sesuai dengan konsep makanan pinggir jalan yang murah tapi nikmat.

5. Night Market Ngarsopuro

Tempat kuliner malam selanjutnya yang bisa dikunjungi ada di daerah Ngarsopuro.

Lokasi tepatnya yaitu di Jl. Diponegoro, Keprabon, Banjarsari, Surakarta.

Biasanya, sepanjang jalan Diponegoro dan berpusat di pasar Ngarsopuro ini akan sangat ramai di malam hari.

Banyak jenis kuliner khas Kota Solo yang bisa dijumpai di sana.

Mulai dari camilan ringan seperti bakso bakar, sosis solo, sate kere, wedang ronde, cabuk rambak, dan menu lain khas Solo bisa kamu temui di sana.

Untuk harga makanan yang dijual di sana sangat terjangkau.

Namun sayangnya Night Market Ngarsopuro hanya buka di hari Sabtu malam saja.

(Baca Juga: Chicco Jerikho Tergila-gila Masakan Putri Marino, Yuk Intip Dapurnya)

6. Soto Mbak Ronggeng

Soto seger mbak Ronggeng ini merupakan salah satu tempat makan yang tidak kalah pamor.

Banyak sekali orang yang datang ke tempat ini pada malam hari.

Harga soto daging sapi di sini dihidangkan dengan dua ukuran, yakni mangkok kecil dan besar.

Untuk harga sotonya cukup terjangkau, mulai dari Rp5 ribu hingga Rp8 ribu.

Lokasi Soto Mbak Ronggeng ada di Jl. S. Parman, Surakarta, Solo.

7. Gudeg Ceker Margoyudan

Gudeg ceker Margoyudan juga termasuk kuliner yang banyak diburu para wisatawan di Kota Solo.

Hal ini terlihat dari banyaknya pengunjung bahkan sampai antri untuk bisa menikmati gudeg ceker Margoyudan.

Cita rasa gurih manis pedas gudeg ceker di sini sehingga berbeda dengan yang ada di Yogyakarta.

Selain itu, nasi yang digunakan juga unik karena dimasak dengan cara diliwet dan bercita rasa gurih.

Harga untuk sepiring nasi gudeg ceker di sana sangat terjangkau.

Gudeg Ceker Margoyudan sering juga dikenal dengan nama Gudeg Bu Kasno yang berlokasi di Jl. Wolter Monginsida, Surakarta, Solo.

(Baca Juga: Lima Buah Unik yang Ukurannya Sekecil Semut, Gemes Banget Liatnya)

8. Nasi Liwet Bu Wongso Lemu

Nasi liwet merupakan makanan khas Kota Solo yang tidak boleh terlewatkan.

Menu makanan ini sangat unik karena cocok digunakan sebagai menu sarapan hingga makan malam.

Salah satu tempat makan nasi liwet yang paling banyak dicari adalah Nasi Liwet Bu Wongso Lemu.

Lokasinya ada di Jalan Teuku Umar, Keprabon, Surakarta, Solo.

Warung nasi liwet bu Wongso sangat terkenal karena sudah melegenda, dibangun dari tahun 1950-an.

BACA JUGA:   Hotel dengan playground anak di bogor

Untuk harga sangat variatif tergantung lauk yang dipilih.

Warung Bu Wongso buka dari puluk 16.00 hingga pukul 01.00 dini hari. (*)

Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan.

Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

PROMOTED CONTENT

Video Pilihan

Sesungguhnya, kelopak mata ini masih terasa berat ketika suara nyaring alarm gawai membangunkanku pagi itu. Namun karena sudah berjanji untuk bertemu jam 6 pagi di lobi HARRIS Hotel Solo dengan beberapa rekan kantor, aku memaksakan diriku untuk bangun dan terhuyung menuju kamar mandi. Tanpa membasuh seluruh badan, aku mempersiapkan diriku dengan hanya mencuci muka dan menggosok gigi. Sebentar kemudian, aku sudah tiba di lobi. Winda, Alvi, dan Neca larasatinesa.com rupanya sudah siap. Pasar Gede Hardjonagoro menjadi tujuan kami pagi itu.

Menikmati sarapan di Pasar Gede Hardjonagoro adalah sebuah pengalaman menikmati pagi di Solo yang tak ingin kulewatkan. Tepat 5 tahun lalu pada 2014, aku juga berkunjung ke tempat ini. Seporsi tahok (kembang tahu), nasi liwet, timlo Sastro, dan dawet telasih Mbok Dermi menjadi santapanku saat itu. Kali ini, aku ingin mencoba sesuatu yang berbeda.

Baca ceritanya di: Dua Hari Bertualang Kuliner di Solo, Jawa Tengah

Awalnya, kami berencana mau naik bus Batik Solo Trans (BST) menuju Pasar Gede Solo. Kami juga sudah menanyakan lokasi halte terdekat kepada dua petugas sekuriti hotel yang masih muda. Namun sesaat setelah melewati pintu keluar, Winda berkata, “Gue pengen jalan kaki bentar, nih.”

“Ya udah, kalo gitu kita jalan kaki aja dulu, baru nanti naik BST kalo udah capek,” kami memutuskan dengan cepat.

Jalan Slamet Riyadi sangat tenang pada hari Sabtu pagi itu. Cuaca kota Solo juga masih sejuk, membuat kami nyaman berjalan kaki di atas trotoarnya yang lebar dan rindang. Hanya beberapa kendaraan melintas, sesekali kami juga berpapasan dengan anak-anak sekolah yang berangkat dengan sepeda melalui lajur yang sudah disediakan. Obrolan santai yang mengisi sepanjang perjalanan dan aku yang menyibukkan diri dengan melakukan Live IG membuat perjalanan semakin tak terasa saat itu. Ah, nikmatnya berjalan kaki menyusuri Jalan Slamet Riyadi Solo di pagi hari…

Sepanjang perjalanan, kami melalui beberapa gedung dan landmark populer seperti Solo Grand Mall, Stadion Sriwedari, Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari, dan Loji Gandrung. Kami sempat rehat beberapa saat di depan Loji Gandrung untuk mengambil foto.

“Gimana, mau naik bus sekarang apa lanjut aja?”

“Tanggung nih, bablasin aja deh.”

Akhirnya, yang niat awalnya hanya berjalan kaki sebentar berujung pada berjalan kaki penuh dari HARRIS Hotel Solo sampai Pasar Gede Hardjonagoro dengan jarak 4 kilometer! Ingatanku lantas melayang saat aku berjalan kaki seharian di Singapura sampai malam saat pertama kali ke sana di tahun 2013.

Jalan Jenderal Sudirman, yang menghubungkan Bunderan Slamet Riyadi dengan Pasar Gede Hardjonagoro, memiliki bangunan-bangunan bersejarah yang megah seperti Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Penabur, The Royal Surakarta Heritage Hotel, Kantor Pos Solo, Bank Indonesia Solo, dan Benteng Vastenburg. Alun-Alun Utara (Lor) Surakarta, Keraton Kasunan Surakarta, Masjid Agung Surakarta, dan Pasar Klewer dapat dicapai dengan berjalan kaki dari sini.

Saat malam tiba, area di samping benteng disulap menjadi sebuah kawasan kuliner bernama Gladag Langen Bogan (Galabo). Namun berbeda saat pertama kali kukunjungi bertahun-tahun lalu, Galabo yang semula berjajar di sepanjang Jalan Mayor Sunaryo kini menempati sebuah lahan lapang di seberang Beteng Trade Center. Perubahan yang disayangkan, karena kita jadi tidak bisa menikmati suasana bersantap lesehan di tepi jalan yang otentik. Bangunannya sendiri seperti bangunan foodcourt murah pada umumnya yang sama sekali nggak berkarakter.

BACA JUGA:   Pantai glory melur batam foto

Nah, gampang ‘kan menyusun agenda perjalanan di Solo dalam satu hari satu malam? Tata letak pusat kota Solo ini sangat mirip dengan tata letak pusat kota Yogyakarta: Alun-Alun Utara, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Masjid Agung Yogyakarta, Kantor Pos, Bank Indonesia, Benteng Vredeburg, dan Pasar Gede Beringharjo. Persis di samping Pasar Gede, juga ada Klenteng Tien Kok Sie Sudiropradjan.

Setelah berjalan berkeliling pasar mengikuti Winda yang entah tengah mencari apa, kami akhirnya berpencar. Aku mau sarapan dengan nasi babi, Alvi mau mencoba nasi liwet (ini pertama kalinya dia ke Solo), sementara Winda dan Neca blusukan di dalam bangunan pasar untuk membeli pecel. Karena aku juga tertarik tapi nggak yakin bisa menghabiskannya sekaligus pagi ini, aku titip untuk dibungkus, rencananya mau kumakan nanti siang. Harganya sangat murah, hanya Rp7.000,00.

Sebetulnya, aku mengincar Babi Pikul yang legendaris itu. Aku mengikuti titik koordinat yang ditunjukkan Google Maps sekaligus bertanya pada warga sekitar, namun katanya belum buka. Ada 3 opsi untuk kuliner babi saat itu: Babi Mini, sebuah kedai nasi campur, dan kedai Babi Geprek di dekat pintu utama pasar. Aku memilih sebuah kedai nasi campur karena lokasinya yang paling dekat dengan lokasi Babi Pikul yang seharusnya.

Aku memesan nasi campur seharga Rp30.000,00. Ternyata harganya sama aja kayak di Bandung, haha. Lauknya ada beberapa macam daging babi yang aku tak hafal nama-namanya, telur kecap, dan semangkuk sup. Saat aku masih menyantap sarapanku pagi itu, Alvi tiba-tiba datang bergabung, ia sudah menyelesaikan sarapannya. Usai kurampungkan santapanku, kami berdua masuk ke dalam Pasar Gede, bertemu Winda dan Neca yang masih melangsungkan proses jualbelinya dengan pedagang pecel.

Persis di seberang pedagang pecel itu, aku melihat sebuah lapak es dawet telasih walaupun bukan Mbok Dermi yang terkenal itu. Kupikir rasanya akan sama-sama segar dan manis, karena toh aku bukan tipe orang yang terlalu peka dengan rasa, dan ternyata dugaanku betul. Itung-itung membagi rejeki dengan penjual lainnya, biar jangan semua ke Mbok Dermi. Seporsi es dawet telasih yang segar dan rasa manisnya berpadu rasa gurih itu harganya hanya Rp7.000,00.

Pecelnya kusantap beberapa jam kemudian di kamar hotel setelah melanjutkan tidur yang terpotong tadi pagi, hehe. Wah, aku menyesal nggak sekalian membeli lauk pendamping seperti telur dan gorengan agar pecel terasa lebih nikmat.

Setelah menuntaskan petualangan kuliner kami di Pasar Gede Hardjonagoro Solo, kami lalu kembali ke HARRIS Hotel Solo dengan… taksi online, hahaha. Aku jatuh cinta dengan Jalan Slamet Riyadi karena trotoarnya yang lebar, rapi, dan rindang. Di Bandung atau Jogja, nggak ada yang seperti itu. Pengalaman ini membuatku ingin kembali ke Solo dan berjalan santai menyusuri Jalan Slamet Riyadi di pagi hari sambil berkelana rasa, menginap di sebuah hotel sederhana di dekatnya.

Share this:

Menyukai ini:

Suka

Memuat…

Also Read

Bagikan: