Sejarah masjid 1000 pintu tangerang

Gundana

SuaraJakarta.id – Masjid Pintu Seribu atau yang memiliki nama asli, Masjid Agung Nurul Yaqin, menjadi salah satu destinasi wisata ziarah di Banten.

Masjid yang berada di Kampung Bayur, Periuk, Kota Tangerang ini diketahui telah berusia puluhan tahun dengan luas tanah 1 hektare.

Masjid Pintu Seribu memiliki banyak cerita bersejarah. Mulai dari makam keramat hingga labirin sebagai tempat perenungan.

Baca Juga:Menelisik Masjid Jami Kalipasir Tangerang, Ada Peninggalan Sunan Kalijaga

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai Masjid Pintu Seribu, SuaraJakarta.id—grup Suara.com—mendatangi lokasi tersebut.

Lokasi yang ditempuh untuk menuju ke sana membutuhkan waktu 20 menit jika menggunakan sepeda motor dari Pusat Pemerintahan Kota Tangerang.

Sepintas, tak ada yang istimewa dari masjid tersebut. Bahkan, kondisi masjid tampak tidak terawat.

Beberapa bagian bangunan masjid tersebut yang dihiasi cat sudah mulai hilang. Bahkan terlihat seperti belum selesai.

Kendati demikian, beberapa dinding di masjid tersebut dipenuhi kaligrafi dan beberapa lukisan para wali, seperti Sunan Kudus.

Baca Juga:Punya Wajah Baru, Jalan Sunan Kudus Jadi Tempat Warga Berkerumun

Foto Sunan Kudus di Masjid Agung Nurul Yaqin, atau yang lebih dikenal dengan nama Masjid Pintu Seribu, di Kampung Bayur, Periuk, Kota Tangerang. [SuaraJakarta.id/Muhammad Jehan Nurhakim]Lukisan Sunan Kudus di Masjid Agung Nurul Yaqin, atau yang lebih dikenal dengan nama Masjid Pintu Seribu, di Kampung Bayur, Periuk, Kota Tangerang. [SuaraJakarta.id/Muhammad Jehan Nurhakim]

Juru pelihara sekaligus pengurus masjid, Rusdi menceritakan jika Masjid Pintu Seribu Tangerang berdiri pada tahun 1978 dan dirikan oleh Syekh Ami Al-Faqir Mahdi Hasan Al-Qudrotillah Al-Muqoddam.

  • 1

  • 2
  • 3

Warga Banten patut berbangga hati karena daerahnya terkenal sebagai salah satu aerah bernuansa Islami yang kental di bagian Pulau Jawa. Banyak sekali kisah sejarah mengenai agama Islam disana, bahkan banyak peninggalan yang juga turut membuktikan Banten menjadi salah satu tempat penyebaran agama Islam dan tak heran bila menemukan banyak sekali keberadaan masjid disana. Banyak masjid yang dibalik bangunannya menyimpan sejarah terkait penyebaran Islam dan sejarah lainnya yang sebenarnya layak untuk dikulik.

Salah satu masjid unik dan banyak didatangi peziarah tak hanya dari wilayah Banten dan sekitarnya melainkan juga peziarah dari luar kota adalah Masjid Pintu Seribu. Dari namanya pun sudah jelas tergambar bangunan masjidnya pasti memiliki keunikan selain dari sejarah yang melatarbelakanginya. Ingin tau seperti apa bentuk masjid ini? Yuk simak ulasannya dibawah ini!

Kisah Masjid Pintu Seribu 

Masjid Pintu Seribu yang berada di Kota Tangerang ini jelas berbeda dengan masjid pada umumnya walaupun memang fungsi sama, yaitu tempat beribadah bagi umat Islam. Namun dari kisah dan bangunan masjid inilah yang membedakannya dengan masjid lain, bahkan orang awan akan menyebutnya unik bila baru pertama kali datang kesini.

Kisah bermula dari pendiri Masjid Pintu Seribu atau nama lainnya adalah Masjid Agung Nurul Yaqin yaitu Al – Fakir Syekh Mahdi Hasan Al – Qudrotillah Al – Muqoddam yang merupakan seorang keturunan Arab. Masjid didirikan sekitar tahun 1978 tanpa dana bantuan dari pihak swasta maupun pemerintah, Al Fakir ingin pembangunan masjid ini sepenuhnya dari biaya pribadi, juga ia merancang desain bangunannya sendiri dan pada proses pembangunan masjid dibantu oleh warga sekitar.Kala itu, masjid ini juga diyakini sebagai salah satu tempat penyebaran agama Islam dengan cara berbagai sembako dan berbagi kepada yatim piatu.

BACA JUGA:   Mengapa datang bulan hanya sedikit

Bangunan Masjid Pintu Seribu

Berada di permukiman warga yang tergolong pemukiman padat penduduk, maka peziarah yang berkunjung mungkin akan sedikit kesulitan menemukan masjid ini. Masjid berdiri disebuah gang sehingga bagi para peziarah yang membawa mobil tidak bisa parkir persis di halaman depan masjid melainkan harus parkir sebelum memasuki gang dan lanjut berjalan kaki sekitar  sedangkan peziarah yang membawa motor bisa parkir di area depan masjid. Pertama kali melihat bangunannya pasti peziarah akan takjub sebab bangunannya seperti belum selesai dibangun dan sedikit usang.

Ada sebagian bangunan yang sudah jadi di cat berwarna hijau sedangkan bangunan yang belum jadi hanya terlihat rangkanya saja yang terdiri dari batu bata merah. Luas keseluruhan area masjid sekitar 1 hektar dan terlihat juga dari luar bahwa Masjid Pintu Seribu ini tidak memiliki kubah, hanya terdapat pilar yang berdiri kokoh sedikit meliuk yang berlapiskan keramik. Masjid terdiri dari 5 lantai, dimana baru lantai 1 – 3 sajalah yang biasanya sering digunakan baik untuk beribadah dan kegiatan yang lain.

Saat pertama kali peziarah masuk ke dalam masjid maka akan diminta untuk mengisi buku tama dan memberikan sedikit donasi secara sukarela, barulah peziarah masuk melalui lorong kecil berbentuk melengkuk untuk menuju area dalam masjid. Biasanya para peziarah datang berkelompok dan untuk melihat bagian – bagian dalam masjid harus didampingi dengan pemandu yang juga merupakan pengurus masjid. Mengapa harus didampingi? Hal ini karena sesuai namanya, masjid memiliki 1000 pintu atau lorong yang bercabang sehingga bila tidak didampingi maka peziarah bisa tersesat didalamnya.

Bentuk lorong tersebut seperti labirin, temboknya terbuat dari batu bata bahkan tidak ada penerangan di tiap lorong alias gelap dan berukuran sempit sekali yakni hanya 2 x 1 meter. Lorong sengaja digelapkan bukan tanpa alasan, tujuannya yakni agar para peziarah merasakan gambaran alam kubur sehingga selepas berziarah dari masjid bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjauhkan diri dari dosa.

– Advertisement –

From Korea With Love Concert

Bagian masjid terbagi menjadi 2, yang pertama adalah bagian paling bawah seperti ruang bawah tanah dan disinilah tempat peziarah bermusabah atau merenungkan diri mengingat kematian. Untuk bisa menuju ruang tempat musabah maka harus melewati lorong – lorong gelap dan sempit seperti yang sudah dijelaskan. Di ruang musabah pun lampu akan dimatikan sehingga peziarah bisa lebih khusyuk merenung, durasinya biasanya sekitar 15 menit saja.

BACA JUGA:   Kebun durian dan wisata edukasi watu simbar

Pada bagian ke 2 yaitu di area utama masjid, pengunjung bisa melihat banyak pajangan yang ditempel di dinding masjid mulai dari kaligrafi Arab, silsilah Sultan Banten dan keturunannya sampai dengan foto – foto tempo dulu. Di area utama masjid pengunjung juga akan sering melihat banyak sekali ornamen bertuliskan angka 999 yang bermakna 99 Asmaul Husna dan 9 Wali di Tanah Jawa, ornamen 999 terlihat dilukis di dinding yang bercat hijau.

Tiap musholla yang ada didalam masjid ini rata – rata diberi nama seperti Musholla Ratu Ayu yang dipergunakan khusus wanita, ada juga Musholla Fathul Qorib dan Musholla Durojatun Annasikin yang masing – masing luasnya sekitar 4 meter. Setelah memutari bagian dalam masjid, bermusabah, sholat dll maka pengunjung bisa melakukan ziarah kubur ke makam Al – Fakir yang juga berada di area masjid tersebut.

Napak Tilas Sejarah Masjid 1000 Pintu dengan 999 Lorong - GenPI.co

GenPI.co – Masjid Agung Nurul Yaqin atau lebih dikenal dengan Masjid 1000 Pintu merupakan salah satu tempat peribadatan yang terkenal di kawasan Tangerang. Lokasinya berada di Kampung Bayur, Priuk, Tangerang.

Dinamakan Masjid 1000 pintu lantaran memiliki banyak lorong di dalamnya yang menghubungkan satu ke lain tempat. 

BACA JUGA: 3 Masjid Berdesain Tak Biasa, Cocok untuk Berwisata Religi

“Ya, nggak tahu, ya. Ada 999 pintu itu wallahualam. Dengan luas keseluruhannya ada empat hektar,” ujar Rusdi pengelola Masjid tersebut kepada GenPI.co, Minggu (25/4).

Rusdi pun menceritakan sejarah awal terbentuknya masjid tersebut secara lebih mendalam. 

Menurut alkisah, pendiri masjid 1000 pintu adalah seorang penyebar agama Islam dari Arab bernama Al-fakir Syekh Mahdi Hasan Al-qudrotillah Al-muqoddam. 

“Di sini ada banyak ruangan yang kami sebutkan musala. Semuanya diberikan nama, seperti Fathul qorib, Tanbihul Alqofilin, Durojatun Annasikin, Safinatu-Jannah, Fatimah hingga Ratu Ayu,” sambungnya.

Masjid ini pun didirikan pada 1978 dengan dana sendiri. Al-Fakir sebutan pemilik masjid yang wafat pada 2012 lalu di usia 57 tahun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

MASJID Nurul Yaqin atau yang lebih dikenal dengan nama masjid pintu seribu merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di ujung barat Pulau Jawa.

Terletak di RT 01/RW 03, Kampung Bayur, Priuk, Kota Tangerang, masjid ini memiliki sejarah dan keunikan tersendiri. Berikut fakta menarik di balik masjid seribu pintu sebagaimana dirangkum Okezone.

1. Pendiri masjid

Melansir situs resmi Dinas Pariwisata Provinsi Banten, masjid ini didirikan pada tahun 1978 oleh seorang penyebar Islam bernama Syekh Al-Bakhir Mahdi Hasan Al-Qudrotillah Al-Muqoddam yang oleh masyarakat dijuluki Al-Faqir. Semua pembiayaan pembangunan masjid ia tanggung sendiri dan tak mau mengandalkan bantuan dari manapun.

Sang pendiri masjid telah wafat pada 1 Ramadhan 2012 lalu dan dimakamkan di masjid ini. Adapun kepengurusan masjid pintu seribu tersebut kini dilanjutkan oleh keempat putra almarhum, yakni Khairul Zaman, Khainul Yakin, Fatwa Paku Alam, dan Khairullah.

BACA JUGA:   Rumah kaki seribu disebut juga

Baca juga: Fakta-Fakta Menarik Masjid Keramat di Kalimantan yang Kental Arsitektur Jawa

Syekh Al-Faqir dikenal sebagai sosok misterius dan irit bicara. Tak banyak informasi mengenai dirinya dan ia juga tak mau mengungkapkan alasan mengapa masjid ini dibangun dengan begitu banyak pintu.

Masjid Pintu Seribu

(Foto: Instagram/@a15ha_photography)

2. Keunikan

Masjid berlantai 5 ini memiliki arsitektur bangunan yang unik. Saat pertama sampai, Anda akan disambut dengan gapura besar bertuliskan ‘Masjid Pintu 1.000’. Tampak luarnya seperti benteng tua terkesan tidak terawat, karena hanya bangunan bagian bawah yang sudah selesai lengkap dengan cat.

Bagian-bagian atas tersusun atas batu bata yang dilekatkan sehingga seperti musala. Setiap ruangan (musala) diberi nama, seperti Musala Fathul Qorib, Tanbihul Alqofilin, Durojatun Annasikin, Safinatu-Jannah, Fatimah hingga Musala Ratu Ayu. Luas musala tersebut masing-masing sekitar empat meter dengan bagian dalamnya terdiri atas lorong-lorong.

Baca juga: 5 Masjid Berarsitektur Megah di Makassar Ini Bikin Siapapun Berdecak Kagum

Kendati dinamakan masjid 1.000 pintu, namun tidak jelas sebenar berapa total pintu yang ada di masjid ini sebenarnya. Ketika masuk ke dalam masjid, terdapat banyak pintu dan melewati lorong-lorong yang agak gelap. Di sekitar dindingnya terdapat banyak kaligrafi arab.

Keunikan lain ialah terdapat tasbih berukuran raksasa terpajang di dalam ruangan. Tasbih ini memiliki 99 butir yang setiap butirnya bertuliskan nama Asmaul-Husna. Di beberapa pintu masjid dan pagar depan, tampak terlihat angka 999. Angka ini menurut pengurus masjid, merupakan penggabungan jumlah nama Allah dan nama sembilan wali (wali songo).

Follow Berita Okezone di Google News

3. Lorong pengingat mati

Selain digunakan sebagai tempat beribadah salat, banyak pengunjung ingin merasakan rasanya bermuhasabah di ruangan perenungan yang ada di masjid ini. Ruangan perenungan itu sangat gelap dan sempit.

Pengunjung yang masuk harus menundukkan kepala sedikit karena tingginya hanya 150 sentimeter. Semakin ke dalam semakin sempit dan gelap, tidak ada cahaya yang menerangi. Lengan kanan dan kiri juga menyentuh dinding-dinding tembok.

“Suasana di sana emang bener-bener kerasa banget, gelap. Meski dateng sama banyak orang, tapi kita ngerasanya kayak lagi sendiri banget,” kata salah satu pengunjung bernama Bagas Aditiya dilansir dari channel YouTube AYO KE BANTEN.

Bagas juga mengungkapkan ruangan itu adalah tempat berzikir dan merenungi kematian. Banyak orang yang masuk ke labirin itu sampai tidak kuat dan bahkan menangis di tengah bermuhasabah atau perenungan perbuatannya di masa lalu.

“Saya buka mata kayak enggak buka mata soalnya gelap banget. Saya juga sempat merasa pengap dan merasa ini seperti suasana jika sudah di dalam kubur dan disiksa. Enggak ada sedikitpun cahaya,” ucap Bagas.

Sebelumnya

1

2

Selanjutnya

Also Read

Bagikan: