Turis pantai kuta bali

Gundana

Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di Kuta, Badung|kecamatan Kuta sebelah selatan Kota Denpasar, Bali,Indonesia Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. Pantai Kuta sering pula disebut sebagai pantai [[matahari terbenam sebagai lawan dari pantai Sanur. Selain itu, [[Lapangan Udara I Gusti Ngurah Rai terletak tidak jauh dari Kuta.

Sebelum menjadi objek wisata, Kuta merupakan sebuah pelabuhan dagang tempat produk lokal diperdagangkan kepada pembeli dari luar Bali. Pada abad ke-19, Mads Lange, seorang pedagang Denmark, datang ke Bali dan mendirikan basis perdagangan di Kuta. Ia ahli bernegosiasi sehingga dirinya terkenal di antara raja-raja Bali dan Belanda.[1]

Selanjutnya, Hugh Mahbett menerbitkan sebuah buku berjudul “Praise to Kuta” yang berisi ajakan kepada masyarakat setempat untuk menyiapkan fasilitas akomodasi wisata. Tujuannya untuk mengantisipasi ledakan wisatawan yang berkunjung ke Bali. Buku itu kemudian menginspirasi banyak orang untuk membangun fasilitas wisata seperti penginapan, restoran dan tempat hiburan.[1]

Panorama Pantai Kuta di pagi hari

Pantai Kuta terkenal memiliki ombak yang bagus untuk olahraga selancar (surfing),[2] terutama bagi peselancar pemula. Selain keindahan pantai, wisata pantai Kuta juga menawarkan berbagai jenis hiburan seperti bar, restoran, pertokoan, restoran, hotel, dan toko-toko kelontong, serta pedagang kaki lima di sepanjang pantai menuju Pantai Legian.

Pantai Kuta dapat ditempuh dengan waktu sekitar 10 menit dari Bandara Internasional Ngurah Rai dalam kondisi jalanan lancar.[3]

Sebagai tempat wisata pantai, pantai Kuta dilengkapi lahan parkir di sepanjang pantai, kamar mandi umum, payung pantai, kios makanan dan minuman, serta tempat penyewaan papan selancar.

Permasalahan sampah

[

sunting

|

sunting sumber

]

Pembersihan pantai Kuta di pagi hari

Mengangkut sampah di Pantai Kuta

Setiap tahun, pengunjung pantai Kuta kerap mengeluhkan masalah kebersihan dan tumpukan sampah di pantai Kuta, terutama saat musim liburan. Hal tersebut mempengaruhi penilaian wisatawan domestik maupun manca negara terhadap citra pantai Kuta.[4][5] Selain disebabkan aktivitas pengunjung dan penjual di sepanjang pantai Kuta, sampah-sampah di pantai Kuta juga diakibatkan hembusan angin barat setiap tahunnya yang membawa sampah dari muara-muara sungai terdekat ke pantai.[6][7]

Permasalahan ini berusaha diatasi oleh prajuru Desa Adat Kuta dan anggota Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) yang merupakan mitra dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung. Setiap pagi, Dinas Kebersihan dan Pertamanan juga aktif mengoperasikan mobil loader untuk memunguti sampah di pagi hari.[6][7] Permasalahan ini juga memperoleh perhatian utama dari TNI, berbagai organisasi masyarakat, dan industri-industri pariwisata yang berada di wilayah Pantai Kuta.[8][9][10][11][12][13]

BACA JUGA:   Raja Ampat Snorkeling Tours: Lihatlah Keindahannya!

Lihat pula

[

sunting

|

sunting sumber

]

Badung

Seorang bule wanita jadi viral karena merekam aksi pelecehan yang dialaminya. Pantai Kuta Bali diakui sebagai tempat pelecehan.

Dalam video pelecehan tersebut, terlihat gelandangan dan pengemis yang diduga sebagai pelaku. Wanita tersebut pun bilang tak akan pergi lagi ke Pantai Kuta.

Kepala Dinas Pariwisata Badung, I Nyoman Rudiarta, mengakui peristiwa itu bukan kali pertama terjadi. Rupanya, banyak keluhan pengunjung pantai terkait hal serupa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Biang keroknya diduga para gelandangan dan pengemis (gepeng) anak anak yang berkedok menjadi penjual tisu. Belakangan, keberadaan gepeng yang berkedok sebagai penjual tisu memang makin marak di berbagai wilayah di wilayah Kuta dan sekitarnya.

Selain tisu, mereka juga biasanya menjual ikat rambut. Bila pembeli menolak membeli dagangannya, mereka biasanya memaksa meminta uang.

“Dari hasil penelusuran kami, memang ada beberapa anak-anak kecil yang notabene atau kita sebut gepeng (gelandangan dan pengemis). Ada pemaksaan-pemaksaan agar dibeli. Dagangannya berupa tisu dan ikat rambut,” kata I Nyoman ketika ditemui detikBali di Pantai Kuta, Badung, Sabtu (23/4/2022).

Sementara itu, Bendesa Adat Kuta I Wayan Wasista kepada detikcom, Sabtu (23/4/2022) tidak yakin bahwa video itu diambil di Pantai Kuta. Salah satu indikatornya, video hanya memperlihatkan wajah si bule yang dilecehkan itu tanpa memperlihatkan suasana di sekitarnya.

“Coba dilihat (videonya), pantai pun tiang (saya) meragukan. Kan harus dilihat pantai semua keseluruhan. Tiang (saya) tidak tahu apakah di Pantai Kuta atau di mana itu,” ujar Wasista.

“Kalau menurut tiang (saya), kalau mereka merasa diganggu oleh siapapun, pasti dia rekam orang itu, pedagang itu atau siapa dan sebagainya. Kalau mereka merasa terganggu pasti mereka merekam orangnya itu. Ini kan mereka tidak merekam. Jangan-jangan ini ada kepentingan lain ini,” kata dia.

BACA JUGA:   Peralatan Camping di Pantai yang Perlu Kamu Persiapkan

“Yang jelas mereka itu ingin menjatuhkan Kuta, itu pandangan tiang (saya),” dia menambahkan.

Untuk meminta klarifikasi, pengelola Desa Adat Kuta saat ini tengah memburu bule yang viral di media sosial tersebut. Wasista bilang telah meminta bantuan kepada Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Badung untuk menelusuri bule tersebut.

“Tiang (saya) sudah lapor ke Diskominfo. Tiang (saya) mau telusuri orang itu. Itu masih sedang dilacak, apakah bule itu masih ada di Bali atau sudah berangkat. Kalau masih ada di Bali, tiang (saya) nanti lapor ke imigrasi,” kata Wasista.

Berita bule dilecehkan oleh pengemis dan gelandangan ini jadi yang paling banyak dibaca selama sepekan.

Berikut 10 berita most populer lainnya:

Simak Video “

Kecoh Petugas, Bule di Bali Ngutil Obat di Apotek


[Gambas:Video 20detik]
(bnl/bnl) Badung

Pihak Desa Adat Kuta memberikan peringatan tegas terhadap pedagang di kawasan Pantai Kuta yang memaksa turis berbelanja hingga merasa terganggu saat berwisata. Bila terbukti, kartu keanggotaan pedagang tersebut bakal dicabut. Dengan demikian, ia tidak akan mendapat izin berjualan lagi di kawasan pantai.

Sedangkan bagi pedagang yang tidak memiliki kartu anggota pedagang pantai alias tidak berizin, bakal dilaporkan ke pihak berwajib.

“Barangsiapa yang berkunjung ke Pantai Kuta, bilamana merasa diganggu atau dipaksa oleh pedagang-pedagang, silakan tolong direkam, diberi tiang (saya) buktinya, nanti biar bisa tiang (saya) sidak orang itu, tiang (saya) panggil orang itu, untuk tiang (saya) cabut kartunya kalau mereka berkartu,” tegas Bendesa Adat Kuta I Wayan Wasista kepada detikBali Sabtu (23/4/2022).

Sementara bagi para pedagang yang tidak memiliki kartu pedagang, Wasista mengancam akan melaporkan mereka ke polisi bila terbukti melakukan pemaksaan kepada turis.

“Kalau tidak berkartu, saya akan laporkan juga ke pihak berwajib. Kan merusak nama desa,” tegasnya.

Ancaman tersebut dilayangkan oleh Wasista buntut dari adanya video turis asing yang viral di media sosial (medsos). Video viral turis asing itu mengeluhkan keberadaan pedagang asongan di Pantai Kuta. Pedagang asongan disebut memaksa berbelanja hingga turis tersebut merasa terganggu saat berwisata di Pantai Kuta.

“Jangan jangan mereka tidak punya kartu berjualan kemudian memaksa tamu dan ingin menjatuhkan Kuta. Kan bisa jadi juga seperti itu. Karena nanti ke depan, pedagang itu nanti akan ada identitas dari desa adat. Biar kita tahu bahwasanya pedagang itu resmi atau tidak resmi,” imbuhnya.

BACA JUGA:   Harga tiket masuk pantai bali lestari 2021

Selama ini, para pedagang Pantai Kuta harus terdaftar secara resmi di Desa Adat Kuta selaku pengelola pantai. Seluruh pedagang resmi dilengkapi kartu tanda anggota.

Sementara mengenai viralnya video bule di media sosial, Wasista mengaku bahwa pihaknya sudah menyikapi permasalahan tersebut. Berbagai pihak mulai dari pecalang hingga tokoh masyarakat lain sudah melakukan sidak terhadap pedagang asongan di Pantai Kuta.

“Tiang (saya) sudah lakukan sidak, tiang sudah turunkan tim. Jadi dari pecalang desa, kemudian prajuru desa, dan memang satgas pantai yang memangku tugasnya di sana tetap tiang (saya) tingkatkan pengawasannya,” ungkap Wasista.

Sebelumnya, sebuah video yang beredar di media sosial viral Jumat (22/4/2022). Bule perempuan yang belum diketahui identitasnya itu mengeluh orang orang sekitarnya mengganggunya saat berjalan di Pantai Kuta, Bali. Ia menyebut dirinya telah dilecehkan saat berjalan di pantai.

Hal itu diduga terkait dengan keberadaan pedagang pantai yang memaksanya membeli. Perempuan berkacamata itu menyebut Kuta adalah yang terburuk, dan ia berjanji bahwa ia tak akan pernah lagi kembali ke Kuta, bahkan ke Bali.

Dalam video singkat yang menyebar di Instagram itu, si bule berbaju putih menyebut, “Kuta is the worst (Kuta adalah yang terburuk).”

“People are harassing you when you walk on the beach (orang orang melecehkanmu saat kamu berjalan di pantai),” kata dia.

Ia melanjutkan dengan berkata, “and It’s annoying (dan itu mengganggu).”

Perempuan itu menyebut bahwa ia tidak mau lagi kembali ke Kuta. Ia bahkan menyebut bahwa ia tak mau lagi kembali ke Bali.

“I don’t wanna come back to Kuta, or to Bali (Saya tidak mau kembali ke Kuta, atau ke Bali),” tegasnya.

“It’s terrible, It is really terrible (Itu buruk, itu sangat buruk),” ia menambahkan.

Di akhir video, perempuan itu menyebut bahwa ia merasa beruntung karena ia akan pulang ke negaranya besok.

“I’m so glad that I am going home tomorrow (saya beruntung karena saya akan pulang besok),” tutupnya.

Belum diketahui siapa perempuan itu dan kenapa perempuan itu mengeluhkan Kuta. Namun banyak yang menduga terkait dengan keberadaan pedagang yang memaksa pengunjung untuk berbelanja di kawasan pantai itu. Belum diketahui juga, kapan video itu dibuat.

Simak Video “

Penampakan Barbuk dari Penangkapan Sindikat Pengedar Uang Palsu di Badung


[Gambas:Video 20detik]
(nke/nke)

Also Read

Bagikan: