Gunung kelir kulon progo

Gundana

Gunungkelir stream is located in Jatimulyo village, western part of Daerah Istimewa Yogyakarta Province.
The ecosystem that surrounds Gunungkelir stream looks natural and unpolluted, it is possible for good living
environment of amphibians. However, the database about diversity of Amphibians in Gunungkelir stream has
not been revealed. This research was done to study species diversity, species richness, species composition and
distribution of amphibians in Gunungkelir stream as an effort to support the sustainability of amphibians live
from extinction. The research was done on January-May 2009, at night. The VES (Visual Encounter Survey)
method with line transects 250 m were used. A total 11 species of amphibians from 6 different amphibia families
were identified. Phrynoidis aspera, Leptobrachium hasseltii and Hylarana chalconota are dominant species. The
higest percentage of amphibians population was tadpole (38%), followed by male (35%), female (21%), and the
least were juvenile (6%). During the survey, different species of amphibians were observed with their own range
of spatial distribution.

Upacara Rejeban berpusat di bekas padepokan Puramanik yang terletak di lereng Gunung Kelir yaitu dibawah pohon Gondhangho, sehingga orang menyebut tempat tersebut dengan Gondhangho yang terletak di dusun Gunung Kelir, desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo. Waktu pelaksanaan pada bulan jawa Rejeb bertepatan dengan hari selasa kliwon atau  jum’at kliwon . Puncak acara dilaksanakan menjelang tengan hari sekitar pukul 11.00. Tradisi rejeban dilaksanakan sebagai ucapan syukur dan terimakasih masyarakat Jatimulyo kepada Tuhan atas segala kelimpahan keselamatan, ketentraman, keberhasilan dalam hal mata pencaharian (pertanian).

 

Rangkaian sesaji upacara :

Sesaji malam Jum’ at kliwon atau selasa kliwon merupakan sesaji untuk mengawali pelaksanaan rangkaian tradisi rejeban dengan harapan agar pelaksanaan Rejeban dapat berjalan lancar dengan melakukan tirakatan di rumah keluarga Kertiokromo yang dihadiri oleh para warga yang tinggal di 7 desa di Gunung Kelir.

BACA JUGA:   Wisata Alam Terdekat di Bandung: Menikmati Keindahan Hijau di Tengah Kota

Macam- macam sesaji berupa :

a. Panggan ayam                         :  bermakna pendekatan diri kepada Tuhan

b. Tumpeng pitu                          :  melambangkan hari yang berjumlah 7 (tujuh)

c. Golong Sajodho                      :  melambangkan gumolonging, bersatunya tekad, rasa  karsa

dan cipta semua warga.

d. Jenang moncowarno       :  terdiri dari 7(tujuh) macam  merah melambangkan keberanian,

putih melambangkan kesucian, kuning melambangkan keagungan, hijau melambangkan pengharapan, slewah melambangkan dua hal, palang melambangkan penghalang, hitam melambangkan tujuan.

e. Sekar telon                     :  kanthil,  mlati,    mawar  bermakna  semua  karya  yang   sudah

dilaksanakan selalu semerbak harum dan hasil yang diharapkan dapat tercapai.

 

Sesaji Rejeban :

Merupakan sesaji inti dilaksanakan di Gondhangho.

Macam-macam sesaji :

a. Ayam panggan                : bermakna pendekatan pada Tuhan

b. Kupat lepet                    : permohonan ampun kepada Tuhan

c. Jenang Moncowarno

d. Golong sajodho

e. Tumpeng pitu

f. Sekar telon

g. Wedhus kendhit  bermakna pengorbanan

 

Pelaksanaan upacara Rejeban setelah semua sesaji siap kemudian ditempatkan dalam Jolen, wedhus kendhit dan sarana pendukung seperti jathilan, angguk, dolalak dll siap untuk arak-arakan menuju ke tempat upacara di Gondhangho, setelah sampai di Gondhangho kemudian arak-arakan itu mengitari tempat upacara sebanyak tiga kali, setelah itu sesaji dibawa masuk ke lokasi tempat upacara yang telah dipersiapkan. Inti upacara dimulai dengan penyemelihan wedhus kendhit yang bertempat di bawah pohon gondhangho, setelah disembelih kepala, kaki dan ekornya ditanam/dikubur dalam lubang penyembelihan, sedang badannya diambil dagingnya untuk dimasak, daging ini akan dibagikan kepada seluruh warga dengan harapan bahwa dengan makan daging ini akan mendapat berkah/ngalap berkah, sedangkan peanaman kepala, kaki dan ekor kambing sebagai pasang sesaji/tolak bala yang ditujukan kepada pepundhen desa. Dengan pasang sesaji masyarakat percaya bahwa akan terhindar dari segala gangguan, rintangan maupun bencana. puncak acara dengan diakhiri doa dan ikrar yang disampaikan Rois dilanjutkan makan bersama dengan harapan akan mendapatkan berkah dari Tuhan. Setelah upacara sesaji selesai dilanjutkan pergelaran berbagai macam atraksi kesenian, ksenian yang selalu dipergelarkan yaitu Tledek/tayub dan jathilan, menurut kepercayan masyarakat pendukungnya bahwa pepundhen desa mempunyai kesenangan nanggap pertunjukkan tayub dann jathilan sehingga sampai sekarang setiap tradisi Rejeban selalu dipergelarkan kedua kesenian tersebut.

BACA JUGA:   25 Agro Wisata Gunung Mas

 

TRIBUNJOGJA.COM - Ngabuburit adalah salah satu aktivitas yang populer di kala bulan puasa. Ini biasanya diisi dengan berbagai kegiatan, baik itu kegiatan yang bernuansa keagamaan, kegiatan sosial, maupun kegiatan-kegiatan yang sifatnya rekreatif.

Mungkin ada yang berkunjung ke lokasi-lokasi menarik di pusat kota. Namun ada pula yang lebih suka mengunjungi obyek-obyek wisata alam yang sangat alami.

Nah, bagi Anda yang menyukai obyek wisata alam, berikut ini merupakan rekomendasi 5 obyek wisata alam di Kulon Progo yang bisa Anda pilih untuk menghabiskan waktu menunggu buka puasa tiba alias ngabuburit.

1. Kebun Teh Nglinggo

Kebun Teh Nglinggo di Kulon Progo Kebun Teh Nglinggo di Kulon Progo (DOK. Agus Widodo via Google Maps)

Kabupaten Kulon Progo memiliki kebun teh yang cukup populer di kalangan para pecinta wisata alam. Kebun teh ini dinamakan Kebun Teh Nglinggo.

Lokasinya berada di daerah Nglinggo Barat, Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Tempat yang memiliki udara sejuk dengan pemandangan alam hijau yang cantik ini cocok untuk bersantai sambil menunggu buka puasa. 

Anda bisa mengobrol sambil berswafoto menikmati sejuknya alam. Kebun Teh Nglinggo bisa jadi tempat healing sejenak dari rutinitas padat Anda di kota.

Ketika sudah saatnya berbuka puasa nanti, Anda bisa melepas dahaga dengan seduhan teh sangrai khas para petani di Kecamatan Samigaluh yang dijual di gerai-gerai kecil sekitar Kebun Teh Nglinggo.

2. Air Terjun Kedung Pedut

Air terjun Kedung Pedut Air terjun Kedung Pedut (Tribun Jogja/Gilang Satmaka)

Pilihan destinasi selanjutnya di Kabupaten Kulon Progo adalah wisata Air Terjun Kedung Pedut atau Kedung Pedut Waterfall.

BACA JUGA:   20 Wisata Di Gunung Salak Bogor

Lokasinya berada di Jalan Kutogiri Gunung Kelir, Kembang, Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, DIY.

Saat datang ke tempat ini, Anda akan disuguhi pemandangan air terjun di tengah hutan hijau yang sejuk.

Menghabiskan waktu menjelang berbuka puasa dengan menikmati suara air terjun dan udara segar di sana bukan ide yang buruk, bukan?

Meskipun lokasinya cukup jauh dari pusat Kota Yogyakarta, tetapi pemandangan dan suasana di Air Terjun Kedung Pedut bisa memanjakan dan menenangkan hati Anda.

Jika ingin, Anda juga bisa bermain air dan berendam di tempat ini.

Baca juga: Objek Wisata di Dlingo Bantul Terpuruk Pada 2021, Tahun Ini Kembali Bergeliat dan Tarik Wisatawan

3. Puncak Widosari

Puncak Widosari di Kulon Progo Puncak Widosari di Kulon Progo (DOK. Muhammad Zakaria via Google Maps)

Also Read

Bagikan: