Mitos gunung api purba nglanggeran

Gundana

Liputan6.com, Yogyakarta – Gunung api purba Nglanggeran di Gunungkidul tidak hanya menyimpan keindahan alam. Gunung api purba Nglanggeran Gunungkidul menyimpan mitos dan cerita seram yang bisa membuat bulu kuduk merinding.

Berikut lima mitos dan cerita seram yang melingkupi gunung api purba Nglanggeran di Gunungkidul

1. Tempat Hukuman

Menurut desas-desus yang beredar, dahulu kala gunung ini merupakan tempat untuk menghukum warga setempat.  Sesuai dengan arti namanya, Nglanggeran yang berarti nglanggar atau melanggar.

Nama tersebut diambil karena warga yang berada di sekitar gunung api purba percaya bila ratusan tahun lalu warga setempat pernah merusak wayang seorang dalang. Karena murka, warga itu dikutuk menjadi sosok wayang dan dibuang ke gunung api purba Nglanggeran di Gunungkidul.

 

Gunung Nglanggeran adalah sebuah gunung di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Gunung ini merupakan suatu gunung api purba yang terbentuk sekitar 60-70 juta tahun yang lalu atau yang memiliki umur tersier (Oligo-Miosen).[1][2] Gunung Nglanggeran memiliki batuan yang sangat khas karena didominasi oleh aglomerat dan breksi gunung api.[3][4][5] Gunung ini terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul yang berada pada deretan Pegunungan Baturagung.[3][6][7]

Bukit Nglanggeran konon merupakan tempat menghukum warga desa yang ceroboh merusak wayang.[7] Asal kata nglanggeran adalah nglanggar yang mempunyai arti melanggar.[7] Pada ratusan tahun yang lalu, penduduk desa sekitar mengundang seorang dalang untuk mengadakan pesta syukuran hasil panen.[7] Akan tetapi para warga desa melakukan hal ceroboh.[7] Mereka mencoba merusak wayang si dalang.[7] Dalang murka dan mengutuk warga desa menjadi sosok wayang dan dibuang ke Bukit Nglanggeran.[7]

Ada beberapa bebatuan besar yang menurut cerita warga sekitar digunakan untuk tempat pertapaan warga.[8] Warga sekitar mengatakan bahwa menurut kepercayaan, Gunung Nglanggeran dijaga oleh Kyai Ongko Wijoyo serta tokoh pewayangan Punokawan.[8] Pada malam tahun baru Jawa atau Jumat Kliwon, beberapa orang memilih semadi di pucuk gunung.[6] Di Gunung Nglanggeran ini pula warga pernah menemukan arca mirip Ken Dedes.[6]

Berdasarkan penelitian, gunung api ini merupakan gunung berapi aktif sekitar 60 juta tahun yang lalu lalu.[8] Gunung Nglanggeran berasal dari Gunung api dasar laut yang terangkat dan kemudian menjadi daratan jutaan tahun lalu.[7] Gunung ini memiliki bebatuan besar yang menjulang tinggi sehingga biasanya digunakan sebagai jalur pendakian dan tempat untuk pertapaan warga.[8] Puncak gunung tersebut adalah Gunung Gedhe di ketinggian sekitar 700 meter dari permukaan laut, dengan luas kawasan pegunungan mencapai 48 hektar.[6]

melihat matahari terbit dari Puncak Nglanggeran

Perjalanan menuju puncak gunung akan melewati jalanan tanah serta lorong-lorong bebatuan yang sempit.[9] Dengan jarak tempuh pendakian lebih kurang dua jam, wisatawan bisa menapaki puncak tertinggi gunung api purba itu.[10] Apabila berangkat sore, wisatawan dapat menyaksikan matahari yang terbenam.[9] Selain itu, pengunjung juga perlu menggunakan tali untuk mendaki bukit-bukit yang pendek.[9] Ada papan petunjuk yang membuat wisatawan tidak mudah tersesat.[9]

Pengembangan wisata

[

sunting

|

sunting sumber

]

Embung Nglanggeran

BACA JUGA:   Pemandian air panas daerah pangalengan

Tahun 1999, objek wisata ini dikelola Karang Taruna Bukit Putra Mandiri yang mengenakan tarif tiket Rp 500 per orang, namun fasilitasnya belum lengkap.[6] Mengingat banyaknya potensi budaya dan ekowisata di situs gunung api tersebut, tahun 2008 [Badan Pengelola Desa Wisata Nglanggeran mengambil alih pengelolaannya dan menambah berbagai fasilitas.[6]

Di sekitar Gunung Nglanggeran dapat dijumpai embung yang merupakan bangunan berupa kolam seperti telaga di ketinggian sekitar 500 meter dari permukaan laut.[6] Embung dengan luas sekitar 5.000 meter persegi itu berfungsi menampung air hujan untuk mengairi kebun buah kelengkeng, durian, dan rambutan di sekeliling embung.[6] Pada musim kemarau, para petani bisa memanfaatkan airnya untuk mengairi sawah.[6] Pengunjung bisa naik ke embung dengan tangga.[6] Sampai di sisi embung, pengunjung bisa melihat matahari terbenam dan melihat gunung api purba di seberang embung.[6]

Harga tiket masuk untuk menikmati wisata alam Jogja ini (mulai 1 Juli 2016), sebesar Rp15.000,00 di siang hari dan Rp20.000,00 di malam hari, dan untuk wisatawan asing sebesar Rp30.000,00.[11] Kawasan wisata Gunung Api Purba, Nglanggeran ini dikelola secara resmi oleh Karang Taruna Desa Nglanggeran.[12]

Pada budaya populer

[

sunting

|

sunting sumber

]

Gunung Nglanggeran disebut dalam lagu congdut karya Didi Kempot, berjudul “Banyu Langit” yang dirilis pada tahun 2016 dalam album Kasmaran. Pada bagian akhir chorus disebutkan: “…adheme gunung Merapi purba, sing neng Nglanggeran, Wonosari, Yogyakarta…”[13]

Gunung api purba Nglanggeran adalah sebuah sebuah perbukitan yang merupakan destinasi populer di Kabupaten Gunungkidul, Jogja. Desa wisata ini memang relatif baru dibandingkan tempat wisata lain di Jogja, sekitar 10 tahunan yang lalu. Dahulunya, ribuan tahun yang lalu gunung api purba ini adalah gunung berapi yang aktif. Kini, ‘fosilnya’ tinggal bukit-bukit berbatu yang tampak perkasa dan nggak diragukan keindahannya.

Advertisement

Gunung api purba terletak di Patuk, Gunungkidul yang mempunyai ketinggian sekitar 700 mdpl. Buat kamu yang masih pemula, bisa banget latihan mendaki gunung di sini. Selain karena jarak tempuhnya yang cuma 2 jam saja, treknya juga cukup mudah. Namun kami mengalami kejadian ganjil ketika mendaki gunung api purba Nglanggeran ini saat malam hari.

BACA JUGA:   24 Wisata Bukit Mas Notredame

Begini ceritanya.

Sebelum mendaki, kamu perlu tahu kalau ada misteri 7 keluarga di puncak gunung api purba Nglanggeran di sebelah timur. Jika lebih dari 7 keluarga, maka salah satunya akan meninggal…

Sebuah pemukiman yang hanya di isi oleh 7 Kepala Keluarga, tepatnya berada di Tlogo Mardidho, Dusun Nglanggeran Wetan, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk. Tepat di puncak Gunung Nglanggeran. Tujuh keluarga ini melakukan aktifitas sehari-hari layaknya masyarakat pada umumnya. Namun ada mitos yang mengiringi 7 keluarga ini. Setiap ada warga ke 8 selalu saja ada yang meninggal ketika ingin menetap. Begitu pula jika kurang dari 7 keluarga, maka ada saja yang terkena penyakit yang berakibat kematian.

Advertisement

Ada kisah seram yang pernah kami alami ketika mendaki Gunung Api Purba Nglanggeran tahun lalu. Salah satu kawan diganggu makhluk ghaib penunggu gunung tersebut…

Perjalanan kami dimulai dari Kota Jogja pada pukul 21.00 WIB. Kami mendaki malam ini untuk menjemput sunrise yang kebetulan bertepatan dengan gerhana matahari keesokan harinya. Kami mendaki berdelapan orang di mana ada salah satu teman yang indigo dan bisa melihat makhluk halus. Kami sih berharap dia tidak melihat yang aneh-aneh ketika mendaki nanti.

Pukul 23.00 WIB, selepas hujan kami mulai mendaki ke gunung api purba. Estimasi mendaki butuh waktu satu sampai 2 jam. Rencananya kami akan bikin tenda di puncak sana. Tepat setelah kami mendaki, si kawanku yang bisa merasakan kehadiran makhluk ghaib tadi, sebut saja Sari, mulai merasakan gangguan yang berdatangan secara bertubi-tubi…

Banyak sekali makhluk yang meneror Sari, dari kuntilanak sampai suara cekikikan anak-anak…

Advertisement

Baru 15 menit mendaki Nglanggeran, Sari sudah mengalami masalah dengan para penunggu gunung ini. Pada awalnya Sari mencium bau anyir yang kemudian bercampur dengan bau busuk. Kata dia, aroma tersebut menandakan ada hantu di sekitar mereka. Sari melihat kuntilanak terbang di atasnya. Ada juga anak-anak kecil yang tertawa cekikikan di balik pohon. Mereka bentuknya bermacam-macam, ada yang mukanya rata, ada juga yang bopeng-bopeng menyeramkan. Beberapa penampakan yang datang kepadanya membuat perut Sari pun sakit.

Kami yang tidak bisa melihat apa-apa cuma heran dengan perubahan sikap Sari. Ia kemudian minta istirahat sejenak. Kebetulan ada pos pemberhentian yang kami gunakan untuk istirahat lebih dulu. Di tempat itu, Sari pun muntah-muntah. Kami pun jadi ikutan panik.

Di tengah kepanikan kami, Sari melihat seorang ibu penjual jamu gendong yang lewat di depannya. Jalannya pelan-pelan dan lama kelamaan sosoknya berubah jadi nenek tua…

Ketika Sari makin merasa tidak nyaman, ia melihat ada mbok jamu gendong yang lewat di depannya. Kemudian mbok jamu ini berjalan pelan-pelan ke atas dan lama kelamaan mbok jamu berubah jadi nenek-nenek. Seram sekali sih. Sari minta pulang saat itu juga!

Salah satu teman mengantar Sari balik ke Jogja. Sementara yang lain melanjutkan ke puncak Nglanggeran. Kami yang menuju ke atas untungnya tidak mengalami suatu penampakan, meskipun sepanjang jalan bulu kuduk kami sering merinding.

BACA JUGA:   Wisata air terjun sipiso piso

Temanku yang pernah ke Nglanggeran mengamini cerita Sari. Dia yang dulu mendaki berdua bersama temannya bertemu juga dengan Mbok Jamu Gendong…

Cerita Sari ini cukup menyebar di kalangan teman-teman kami. Nah, ternyata ada salah satu teman yang lain juga pernah bertemu dengan mbok jamu gendong. Ceritanya dia mendaki bersama satu temannya pada jam 2 malam. Ketika masuk hutan dekat puncak, tiba tiba ada suara seperti ini.

“Mas, jamune Mas…”

Keringat dingin mengucur di kening mereka berdua ketika melihat ada mbok-mbok jamu usia paruh baya di atas gunung saat tengah malam. Tanpa komando langsung mereka berlari tunggang langgang kabur dari sana. Ya kali ada tukang jamu gendong jam 2 malam di hutan! Horor banget sih ini…

Buat kamu yang pernah ada cerita pas ndaki Nglanggeran, share di kolom komentar ya. Semoga pendakianmu lancar ya di sana.

REPUBLIKA.CO.ID, Kawasan Gunungkidul sudah terkenal akan keindahan pantainya yang memanjang. Dengan kata lain, keindahan bawah laut kawasan ini juga sudah dikenal luas.

Lalu, bagaimana bila Anda pecinta wisata alam? Tak perlu khawatir, Gunung Kidul juga memiliki objek wisata alam yang tak kalah indahnya dengan bawah laut. Salah satunya objek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran.

Sejarahnya, gunung yang terletak di desa Nglanggeran kecamatan Patuk kabupaten Gunungkidul ini pernah aktif 30-60 juta tahun yang lalu. Berada di kawasan Baturagung dengan ketinggian antara 200-700 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 23-27 derajat celcius.

Terletak 20 kilometer dari pusat kota Yogyakarta Anda cukup berkendara dengan mobil selama satu jam untuk sampai ke kawasan ini. Jalur yang menanjak namun sudah beraspal mulus ini cocok untuk dijadikan wisata petualangan.

Untuk sampai ke puncak gunung ini Anda harus mendaki selama 1-1.5 jam dengan rute mendaki cukup ekstrem. Kemiringan sudut 30-45 derajat bisa Anda tempuh disini. Namun bila sudah mencapai puncak, Anda bisa menikmati keindahan sunset diantara ladang persawahan atau suasana kota Gunungkidul pada malam hari serta kota Jogja yang mengecil dengan lampu kuning warna-warni bak kunang-kunang. Sungguh keindahan yang tiada tara.

Hal unik yang ada di kawasan ini adalah misteri 7 kepala keluarga yang mendiami wilayah puncak gunung tersebut. Menurut Mursidi selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran, kawasan tersebut hanya boleh dihuni oleh 7 kepala keluarga, tak lebih maupun kurang.

Kepercayaan tersebut sudah turun temurun dan harus ditaati sesuai dengan pesan sesepuh pepunden dari dusun Tlogo yaitu Eyang Iro Dikromo. Jika kepala keluarga yang tinggal di dusun ini kurang atau lebih maka akan terjadi hal-hal buruk yang tidak diinginkan. Hal ini bisa dilihat dengan keberadaan makam di Puncak Nglanggeran. Oleh karena itu, jika anak-anak mereka sudah berkeluarga maka keluarga baru tersebut harus meninggalkan Dusun Tlogo Mardhido.

Gunung Nglanggeran litologinya tersusun oleh fragmen material vulkanik tua ini memiliki dua puncak yakni puncak barat dan puncak timur, serta sebuah kaldera ditengahnya. Saat ini Gunung Nglanggeran berupa deretan gunung batu raksasa dengan pemandangan eksotik serta bentuk dan nama yang unik dengan beragam cerita rakyat sebagai pengiringnya. Gunung-gunung tersebut biasanya dinamakan sesuai dengan bentuknya, seperti Gunung 5 Jari, Gunung Kelir, dan Gunung Wayang.

Untuk masuk ke objek wisata ini Anda akan dikenakan biaya sebesar Rp 7000 pada siang hari, Rp 9000 untuk malam hari dan Rp 15 ribu untuk wisatawan asing. Objek wisata ini terbuka 24 jam dan sudah dilengkapi dengan homestay bergaya internasional yang memudahkan wisatawan untuk menginap di dalamnya.

Also Read

Bagikan: