Rumah adat suku ambon adalah

Gundana

Rumah Adat Suku Ambon

Assalamualaikum wr,wb. Halo teman-teman, setelah kita kemarin membahas keunikan pakaian adat kalimantan kali ini kita akan membahas tentang kebudayaan atau adat istiadat masyarakat suku Ambon. dan disini kita akan membahas rumah adat suku Ambon,

Nah apa saja nih kebudayaan kebudayaan atau rumah adat suku Ambon? Agar kalian tidak penasaran silakan baca artikel ini sampai selesai ya!

Suku Ambon

Kepulauan Maluku atau suku ambon

Suku Ambon terletak di Pulau Ambon Provinsi Maluku, suku Ambon atau bisa disebut juga suku Alifuru (dikenal pula sebagai orang Indigenos Kepulauan Maluku) adalah sebuah kelompok etnis Indonesia dari campuran Austronesia dan Papua.

Kebanyakan masyarakat menganut agama Kristen atau Islam. Suku Alifuru tinggal di kepulauan yang bernama Kepulauan Maluku, termasuk pulau atau kota Ambon.

Pulau Maluku adalah sebuah pulau yang letaknya di sebelah timur Sulawesi, dan sebelah timur kepulauan Timor atau Nusa Tenggara, dan sebelah barat pulau Papua Indonesia.

Bahasa yang digunakan dikepulauan tersebut adalah Bahasa Melayu Maluku atau juga disebut Bahasa Ambon. Kemudian bahasa tersebut berkembang menjadi bahasa komunikasi sehari-hari para pedagang Maluku.

Bahasa komunikasi komunitas lokal juga terdapat lebih dari 200 bahasa lokal, dan 1 bahasa induk, yaitu bahasa tanah atau kapata.

Suku Ambon ini menjadi salah satu suku terbesar di Indonesia, dan mereka menyebar ke daerah daerah yang ada di Indonesia.

Rumah Adat Suku Ambon Baileo

Rumah Adat Baileo

Rumah adat Ambon ini dikenal dengan sebutan rumah adat baileo, nama rumah adat  ini diambil dari bahasa Indonesia yaitu balai. Sama seperti rumah adat Bangka Belitung rumah ini berbentuk rumah panggung.

Balai ini merupakan tempat bermusyawarah dan pertemuan rakyat dengan para aparat dewan rakyat, dan ini menunjukan bahwa sistem demokrasi sudah dikenal oleh rakyat suku Ambon sejak dulu.

Selain untuk pertemuan dan musyawarah, rumah ini juga sering digunakan untuk upacara adat yang di sebut Seniri Negeri.

Rumah adat Ambon baileo ini dipilih menjadi bangunan yang mewakili daerah Provinsi Maluku, karena rumah adat Maluku ini merupakan satu-satunya bangunan peninggalan yang menggambarkan kebudayaan Siwalima.

Namun pada dasarnya ada tiga macam rumah adat baileo yang belum diketahui masyarakat umum, terutama yang bukan masyarakat asli Maluku terlebih suku Ambon, diantaranya:

  1. Baileo Nolloth.
  2. Baileo Ihamanhu.
  3. Baileo Haria.
  4. Baileo Ullath.

Mari kita bahas satu persatu teman-teman, baca sampai selesai ya!

1. Rumah Adat Ambon Baileo Nolloth

Rumah Baileo Nolloth

Rumah adat Ambon ini adalah tempat upacara adat dan masih dilaksanakan sampai dengan saat ini, beberapa upacara adat tersebut antara lain, pelantikan kepala desa, upacara panas pela, upacara tutup baileo serta upacara kain berkat.

Upacara adat nya sendiri dilaksanakan dengan proses dan maksud yang berbeda namun tujuannya sama yaitu untuk menghormati dan meminta restu dari para leluhur.

Secara arsitek, rumah ini merupakan sebuah bangunan yang berbentuk panggung, terbuat dari papan dan kayu serta atapnya terbuat dari daun rumbia.

Keseluruhan bangunan tidak menggunakan paku melainkan menggunakan pasak kayu dan ikat gemutu (ijuk).

Bangunan ini berbentuk persegi, berdiri di atas tiang-tiang yang dipancangkan pada tanah dan dibuat tinggi berfungsi sebagai penopang keseluruhan bangunan.

Lantainya terbuat dari papan, dinding terbuat dari kayu yang di silang-silangkan menyerupai pagar, tingginya kurang lebih 75 cm dari lantai.

Pada bagian rumah terdapat 20 tiang dan posisinya menyebelah masing-masing, 10 bagian Barat 10 bagian Timur, dan 20 tiang ini melambangkan marga-marga yang ada di Nolloth yang diatur demikian:

  • 10 buah tiang pada sisi Barat melambangkan marga matekohy, Sopacua, Lawalatta, Pasalbessy, Hehamahua, Pemahu, dan Selanno.
  • 10 tiang pada sisi Timur melambangkan marga Manuputty, Pasalbessy, Metakohy, Patty, Sopacua, Huliselan (tiang raja), Mattahula, Ningkelwa, Silahooy, dan Tousalwa.
BACA JUGA:   Wisata Taman Bunga Puncak: Keindahan yang Menawan

Tiang-tiang ini di hubungkan dengan dinding menggunakan teknik ikat tali ijuk, pintu masuk berjumlah 4 dan terdapat tangga kayu di bawahnya dan masing-masing pintu adalah lambang dari 4 marga sebagai penjaga pintu, yakni:

  1. Pintu Utara marga Mattatula.
  2. Pintu Selatan marga Metakohy.
  3. Pintu Barat marga Pasalbessy.
  4. Pintu Timur marga Sopacua.

2. Rumah Adat Ambon Baileo Ihamahu

Rumah Baileo Ihamahu

Baileo Ihamahu disebut juga Simaloa Peimahu. Bangunan baileo ini mempunyai bentuk arsitektur rumah panggung terbuat dari bahan kayu gufasa dan kayu besi.

Terdapat tiga pintu masuk pada bagian samping dan depan. Masing-masing pintu dilengkapi tangga yang terbuat dari kayu.

Atap bangunan baileo ini terbuat dari daun sagu, warna yang dominan pada baileo ini adalah warna merah, dengan hiasan pada tiang yang diukir dengan warna emas. Bangunan ini terakhir direnovasi pada tahun 2007.

Pda bagian dalam bangunan baileo terdapat sembilan buah tiang yang terbuat dari kayu gufasa. Sembilan tiang ini melambangkan sembilan soa yang ada di Ihamamu yaitu:

  1. Soa Iha.
  2. Soa Mahu.
  3. Soa Atala.
  4. Soa Matalete.
  5. Soa Soulima.
  6. Sos Hatulesi.
  7. Sos Pia.
  8. Soa Kulur.
  9. Soa Siri-Sori.

Soa adalah sebuah kelompok yang terbangun didalam sebuah desa budaya khas orang malukun tengah.

Dari ketiga pintu masuk yang terletak pada arah utara, barat dan timur, pintu masuk raja adalah pintu bagian timur, pintu ini di apit oleh dua tiang yaitu tiang dari soa hatalesi dan soa hatala.

Kedua soa di atas bertugas untuk menyokong ketersediaan pangan di Ihamahu, karena keduanya memiliki lahan pertanian yang luas di Ihamahu.

Pada bagian dalam, berhadapan dengan pintu masuk terdapat sebuah panggung dari kayu dengan cat warna merah, panggung ini merupakan tempat duduk raja/kepala desa.

Contoh ukiran dinding

Rumah ini dicat dengan warna merah bata dan kuning emas, terdapat ornamen hiasan yang diukir pada dinding bagian atas dan bawah, dan juga ada hiasan yang dilukis dengan menggunakan cat pada tiang baielo dan motifnya khas Maluku berupa lingkaran dengan garis-garis melengkung.

Jangan lupa baca juga: Kebudayaan Lampung

Upacara Adat Rumah Adat Ambon

Contoh Upacara adat

Rumah adat ini juga kerap dipakai tempat upacara adat seperti upacara kain berkat dan upacara tutup baileo.

Upacara kain berkat yaitu acara satu keluarga yang menerima calon menantu perempuan yang berasal dari desa lain, upacara ini ditandai dengan pemberian kain serta makanan dan minuman kepada pemerintah daerah, kemudian diakhiri dengan makan bersama

Upacara tutup baileo yaitu acara mengganti atap baileo yang rusak, prosesnya mulai dari mencari bahan, pembongkaran dan pemasangan atap baru yang dilaksanakan oleh masyarakat yang menurut aturan yang ditetapkan secara adat.

3. Baileo Haria

Struktur rumah adat ambon baileo

Rumah adat ambon baileo haria ini merupakan sebuah bangunan yang berbentuk rumah panggung terbuat dari kayu, atap nya dari daun sagu, lantainya dibuat dari papan.

Keseluruhan tiang penyangga rumah berjumlah 84 dan terbagi 4 baris, setiap baris terdapat 21 tiang.

Bangunan ini sepintas mirip perahu karena banyak tiang, keseluruhan rumah ini tidak dicat, tanpa ornamen, dan tidak menggunakan dinding.

Rumah ini memiliki 2 pintu yaitu sisi timur dan barat, masing-masing pintu mempunyai tangga, pintu masuk sisi timur dan pintu keluar dari sisi barat.

Atap rumah menggunakan kayu dan bambu, pada bagian atas tiang diletakkan kayu balok horizontal dan di atasnya lagi diletakkan lagi balok-balok yang disusun sehingga nampak bertingkat berbentuk segitiga sama kaki semakin ke atas semakin kecil.

4. Baileo Ullath

Contoh gambar rumah adat ambon baileo ullath

Berbeda dengan rumah yang lain, baileo ullath ini dibangun di atas tanah, bukan rumah panggung, hanya pondasi yang dibuat 1 meter di atas tanah jadi terlihat seperti rumah panggung.

Bangunan ini tidak berdinding, bagian atas dibuat seperti pagar dari balok kayu ukuran 1 meter dari lantai sisanya dibiarkan terbuka.

Atap bangunan dibuat dari daun sagu, dan lantai menggunakan pasir pantai, terdapat 3 pintu di sisi utara, barat dan selatan. Pondasi bangunan menggunakan semen, dan terdapat 32 tiang yang merupakan perwalian marga-marga didesa Ullath.

BACA JUGA:   Memukau Wisata Bandungan Terbaru Dengan 17 Foto

Penutup

Bentuk dan arsitektur Baileo ini pada umumnya berbentuk rumah panggung, ada 3 dari 4 rumah baileo yang berbentuk rumah panggung, hanya baileo ullath yang bukan rumah panggung.

Nah teman-teman itu saja yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan artikel ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Silakan bagikan artikel ini jika sekiranya bermanfaat, akhir kata Wassalamualaikum, wr, wb.

Untuk pembahasan kali ini kami akan mengulas mengenai suku ambon yang dimana dalam hal ini meliputi pengertian, rumah adat, pakaian, tarian, makanan, agama, kepercayaan, nah agar lebih memahami dan dimengerti simak ulasannya dibawah ini.

Sejarah-Suku-Ambon

Sejarah Suku Ambon

Suku bangsa Ambon menempati Pulau Ambon, Hitu dan Saparua, Provinsi Maluku. Sebenarnya mereka berasal dari Pulau Seram laksana halnya dengan suku-suku bangsa beda yang lebih dulu menempati pulau-pulau di Maluku Tengah. Bahasa Suku Ambon.Bahasa Ambon sendiri adalahperkembangan dari bahasa pribumi yang diprovokasi oleh bahasa Melayu. Ada pun yang menyinggung bahasa Ambon sebagai bahasa Melayu Ambon atau Nusalaut.

Baca Juga : Asal Mula Suku Lingon

Pemakai bahasa ini kini berjumlah selama 100.000 jiwa, belum tergolong yang sedang di Negeri Belanda. Melihat wilayah pemakaiannya bahasa Ambon dipecah ke dalam dialek-dialek : Nusalaut, Saparua, Haruku, Hila, Asilulu, Hatu, Wakasihu, dan lain-lain. Sekarang bahasa Ambon menjadi bahasa pengantar untuk masyarakat yang berbeda-beda suku bangsa di wilayah Provinsi Maluku.

Rumah Adat Suku Ambon

Rumah-Adat-Suku-Ambon

Rumah adat Suku Ambon dinamakan Baileo, dipakai untuk tempat pertemuan, musyawarah dan upacara adat yang disebut seniri negeri. Rumah tersebut merupakan panggung dan dikelilingi oleh Serambi. Atapnya besar dan tinggi terbuat dari daun rumbia, sedangkan dindingnya dari tangkai rumbia yang disebut gaba-gaba.

Pakaian Adat Suku Ambon

Pakaian-Adat-Suku-Ambon

Prianya memakai pakaian adat berupa setelan jas berwarna merah dan hitam, baju dalam yang berenda dan ikat pinggang. Sedangkan wanitanya memakai baju cele, semacam kebaya pendek dan berkanji yang disuji. Perhiasannya berupa anting-anting, kalung dan cincin. Pakaian ini berdasarkan adat Ambon.

Tarian Suku Ambon

Tarian-Suku-Ambon

Tarian bambu gila merupakan tarian paling terkenal dari orang Ambon, tarian ini juga dikenal dengan nama buluh gila atau bara suwen. Untuk memulai pertunjukan ini sang pawang membakar kemenyam di dalam tempurung kelapa sambil membaca mantra dalam “bahasa tanah” yang merupakan salah satu bahasa tradisional Ambon.

Kemudian asap kemenyan dihembuskan pada batang bambu yang akan digunakan, jika menggunakan jahe maka itu dikunyah oleh pawang sambil membacakan mantra lalu disemburkan ke bambu. Fungsi kemenyan atau jahe ini untuk memanggil roh para leluhur sehingga memberikan kekuatan mistis kepada bambu tersebut. Roh-roh inilah yang membuat batang bambu seakan-akan menggila atau terguncang-guncang dan semakin lama semakin kencang serta sulit untuk dikendalikan.

Baca Juga : Sejarah Suku Baduy

Makanan Khas Suku Ambon

Belum lengkap makan tanpa Papeda, begitulah kata orang-orang ambon, makanan yang berasal dari sagu mentah ini bernama Papeda, papeda biasanya dimakan dengan ikan kuah kuning, jangan tanya rasanya kalau kata orang ambon “Paleng Sadap Seng Ada Lawang” yang artinya sangat enak dan tidak ada tandingannya. Papeda merupakan makanan Tradisional Ambon, makanan ini sudah menjadi turun temurun bagi anak cucu orang ambon, orang ambon biasanya sebelum makan nasi terlebih dahulu memakan papeda selanjutnya baru makan nasi.

Mata Pencaharian Utama Suku Ambon

Pada dasarnya mata pencaharian utama orang Ambon ialah bercocok tanam di ladang dengan tumbuhan pokok padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, kelapa, kopi, cengkeh, tembakau dan buah-buahan. Sementara tersebut sagu masih dirasakan sebagai makanan pokok. Bahan makanan tersebut dulu gampang didapat di hutan-hutan, sebab tumbuh secara liar.

Sekarang tumbuhan sagu telah dibudidayakan dengan jalan menanamnya secara tertata seperti menempatkan pohon kelapa. Di samping bertani masyarakat ini suka pula menciduk ikan di perairan selama pulau-pulau mereka yang memang kaya dengan hasil laut. Dalam hal edukasi formal orang Ambon sudah semenjak zaman Belanda tidak sedikit bersekolah dan memilih kegiatan sebagai pegawai negeri dan tentara.

Kekerabatan Dalam Suku Ambon

Orang Ambon menghitung hubungan kekerabatan melewati garis keturunan pihak ayah (patrilineal), dan pola menetap sesudah kawin ialah di lingkungan pihak ayah (patrilokal). Kesatuan kekerabatan yang terpenting ialah matarumah (keluarga batih) yaitu suatu kesatuan family | kerabat | sanak saudara yang terdiri dari satu family inti senior dan keluarga-keluarga inti junior dari garis keturunan laki-laki.Pada tingkat yang lebih luas lagi mereka mengenal format kesatuan kekerabatan berupa family luas terbatas yang dinamakan soa.

BACA JUGA:   Favorit 17 Wisata Di Belitung

Pada masa kini istilah soa ini tidak jarang mereka kacaukan dengan istilah fam (family, dari bahasa Belanda). Masyarakat Ambon menyinggung desa-desa mereka negeri. Kesatuan hidup setempat ini dipimpin oleh seorang kepala Negeri yang lebih tidak jarang digelari bapa raja, kebetulan status ini memang dipunyai secara turun-temurun oleh matarumah dari soa yang sangat senior dalam desa tersebut.

Baca Juga : Suku Mandobo – Bahasa, Kekerabatan, Kepercayaan, Kebudayan, Mata Pencaharian

Dalam kedudukannya seorang Bapa Raja ditolong oleh sebuah lembaga adat yang dinamakan saniri negeri. Lembaga ini ada sejumlah macam. Pertama Saniri raja putih yang terdiri atas raja dan semua kepala soa saja. Kedua, saniri negeri menyeluruh yang terdiri atas raja dan semua kepala soa dan semua kepala adat. Ketiga, saniri negeri besar yang terdiri atas raja, semua kepala soa, kepala adat dan kepala matarumah atau penduduk masyrakat yang telah dewasa. Bapa Raja memiliki tangan kanan yang dinamakan marinyo (pesuruh). Pada zaman dulu antara satu negeri dengan negeri beda ada yang tergabung ke dalam ikatan adat yang dinamakan pela, dimana mereka jangan saling menyerang, malahan mesti membantu andai salah satu diserang musuh. Masa kini ikatan adat pela ini diwujudkan dalam format kerja sama sosial antar desa.

Agama Dan Kepercayaan Suku Ambon

Sekarang orang Ambon sudah mendekap agama Islam atau Kristen. Jumlah pemeluk agama Islam tidak banyak lebih banyak, dan mereka lazimnya lebih terampil dalam bidang perniagaan dan ekonomi umumnya. Sedangkan orang Ambon pemeluk agama Kristen lebih tidak sedikit memilih kegiatan sebagai pegawai negeri, guru, dan tentara. Namun kehidupannya sehari-hari mereka tetap menjalankan pekerjaan adat tertentu dari kebudayaan lama, dan menjadi di antara identitas kesukubangsaan yang menonjol, seperti menyelenggarakan upacara Nae Baileu atau upacara Cuci Negeri yang adalahwarisan keyakinan nenek moyang mereka. Dalam menangani masalah kematian dan pengamalan upacaranya mereka selesaikan lewat kesatuan sosial adat yang dinamakan mubabet.

Nae Baileu ialah sebuah upacara yang mempunyai sifat “cuci negeri” yang ditemukan pada msayarakat adat di negeri-negeri Ambon umumnya. Upacara ini berpusat di suatu balai adat yang mereka sebut baileu. Pada zaman dulu balai adat ini dipakai untuk lokasi musyawarah adat dan pengamalan upacara religi. Tujuan utama upacara Nae Baileu selain guna menjauhkan unsur-unsur buruk dari negeri, meminta berkat dan perlindungan untuk roh kakek moyang, pun untuk memperkuat pulang ikatan sosial yang damai antara seluruh soa yang ada domestik itu.

Berdasarkan keterangan dari terbentuknya suatu komunitas negeri, negeri itu dimulai kesatu kali oleh soa-soa yang digolongkan ke dalam kumpulan soa hitam. Biasanya orang-orang dari kumpulan soa hitam berikut yang dirasakan berhak menjadi raja, sekaligus menjadi tuan tanah yang menilai tanah mana saja yang boleh dikerjakan oleh soa-soa yang datang kemudian. Menerima soa baru sebagai anggota pada masa dulu diperlukan, khususnya untuk meningkatkan kekuatan laskar dalam rangka pertempuran antar negeri yang lazim terjadi pada masa-masa itu. Sekarang upacara Nae Baileu sudah tidak sedikit dipengaruhi oleh agama Islam atau Kristen, cocok dengan agama yang dipeluk oleh beberapa besar penduduk suatu negeri.

Pada zaman Belanda kota Ambon ramai dikunjungi oleh sekian banyak bangsa dan suku bangsa, sampai-sampai muncullah sejumlah istilah penunjuk kumpulan pendatang, laksana Tuni, Moni, Mahu, dan Wahan. Tuni ialah istilah guna menyebut suku-suku bangsa yang berasal dari pulau angker (nunusaku). Pulau angker sering pula dinamakan Nusa Ina, sebab sebagian besar suku bangsa yang tersebar di kepulauan Maluku Tengah dirasakan berasal dari pulai ini. Moni ialah istilah guna menyebut suku-suku bangsa dari wilayah sekitar Lautan Pasifik (Papuan dan Melanesian). Mahu digunakan untuk menyinggung suku-suku bangsa yang berasal dari Indonesia unsur barat, laksana orang bugis, Makassar, Buton, Minangkabau, dan Jawa. Sementara tersebut Wahan ialah sebutan guna menyebut suku-suku bangsa yang berasal dari pulau-pulau selama Ambon, laksana orang ternate, Banda, Buru.

Baca Juga : “Suku Tidore” Sejarah & ( Bahasa – Mata Pencaharian – Kekerabatan – Agama – Kepercayaan )

Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari

Sebarkan ini:

Also Read

Bagikan: