Wisata petualangan di banjarmasin

Gundana

“Jalur wisata minat khusus di Goa Pagat akan lebih sulit dan menantang karena harus dilengkapi dengan standar safety dan peralatan khusus penelusuran”

Tim GeoArt Science Yogyakarta saat melakukan survey, pemetaan dan eksplorasi Goa Pagat (foto: TABIRkota/ferian sadikin)

BARABAI (TABIRKota) – Gua Pagat di kawasan wisata Pagat, Kecamatan Batu Benawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) dinyatakan sangat potensial untuk dijadikan wisata petualangan susur gua dan minat khusus.

Pernyataan tersebut dikeluarkan tim GeoArt Science dari Yograkarta setelah melakukan survey, pemetaan dan eksplorasi di Gua Pagat selama tiga hari.

Tim GeoArt Science Yogyakarta, Arief Abdurrahman Hakim di Barabai, Ibu Kota HST, Jum’at (16/12) mengatakan, hasil yang didapat masih bersifat sementara.

Pintu masuk Goa Pagat (foto: TABIRkota/ferian sadikin)

“Dari hasil sementara telah diperoleh data parameter morfometri Gua Pagat,” katanya.

Menurutnya, dari jalur pemetaan sepanjang 329,54 meter, diketahui panjang gua 112,32 meter dengan dimensi ruang terlebar 16,86 x 11,41 meter, atap tertinggi 24,54 meter dan gradien aliran sungai bawah tanah 4,30 meter.

“Survey, pemetaan dan eksplorasi yang kita lakukan memiliki tingkat akurasi grade 5 Kelas D,” jarnya.

Sesuai standar British Cave Research Assosiation (BCRA), yang nantinya akan dijadikan wisata umum adalah jalur sepanjang 60 meter.

Selain wisata umum, tambahnya, Gua Pagat juga potensial untuk dijadikan wisata minat khusus yang tidak dilengkapi jalur buatan.

Struktur Goa Pagat yang menakjudkan (foto: TABIRkota/ferian sadikin)

“Jalur wisata minat khusus akan lebih sulit dan menantang karena harus dilengkapi dengan standar safety dan peralatan khusus penelusuran,” tambahnya.

Sedangkan untuk wisata umum, nantinya harus dilengkapi infra sturktur penunjang seperti pencahayaan tambahan, jalur pengunjung dan lainnya untuk mempermudah wisatawan tanpa keahlian.

Untuk mendukung pengembangan tersebut, tentunya juga perlu disiapkan tenaga pemandu yang terlatih dan tersertifikasi.

Sebelumnya, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) HST bekerja sama dengan GeoArt Science Yogyakarta telah Menyusun rencana survey, pemetaan dan eksplorasi Goa Pagat.

Survey, pemetaan dan eksplorasi rencananya akan dilakukan selama tujuh hari untuk mengetahui potensi yang ada di Goa Pagat, termasuk potensi bahaya apabila dibuka untuk umum.

Melalui kerja sama tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) HST berharap dapat mengembangkan obyek wisata Pagat dengan konsep wisata susur gua yang memiliki nilai-nilai edukasi, konservasi dan ekonomi. (ra/fer)

Silahkan Bagikan / Share :

BANJARMASIN, klikkalsel – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mulai memetakan potensi wisata petualangan di tanah air. Seperti Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Sebab, memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi wisata petualangan.

Hal ini diungkapkan Ketua Tim Percepatan Pembangunan Wisata Petualangan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Amalia Yunita, pada acara diskusi Pemetaan Wisata Petualangan Tirta Kalsel yang berlangsung di Hotel Aston, Kabupaten Banjar. Kamis (21/11),

“Pemerintah sejak beberapa tahun terakhir terus menggalakkan pengembangan industri pariwisata di daerah, salah satunya adalah wisata petualangan,” katanya.

Wisata petualangan di Indonesia mulai berkembang cukup pesat dan banyak diminati wisatawan mancanegara. Saat ini pemerintah mulai memetakan potensi wisata petualangan yang ada di berbagai daerah, termasuk Kalsel.

Pegunungan Meratus yang merupakan kawasan hutan hujan tropis dengan kekayaan keanekaragaman hayati, serta rona alam berupa sungai, goa, tebing dan lainnya adalah potensi luar biasa untuk dikembangkan.

“Ini yang tengah kita petakan potensi apa saja yang bisa dikembangkan. Di dalamnya juga terkait pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia bidang pariwisata,” ucapnya.

Asisten Deputy Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Alexander Reyaan juga mengatakan, pemerintah saat ini fokus dalam membenahi birokrasi yang rumit dan hambat investasi termasuk pariwisata.

Pada 2015-2019 Kementerian Pariwisata fokus mendatangkan wisatawan asing dengan target 20 juta orang pertahun dan terealisasi 16 juta orang, sedangkan periode 2020-2024 target wisatawan berubah bukan hanya jumlah tetapi kualitas finansial wisatawan.

Periode 2020-2024 pemerintah menargetkan kunjungan wisatawan setiap tahunnya sebanyak 24 juta orang.

Reyaan juga menyinggung destinasi favorit yang paling banyak dicari wisatawan adalah Balikpapan dan Derawan di Kaltim dan Pontianak, Kalbar.

“Kalsel tidak masuk dalam 15 besar destinasi paling dicari wisatawan,” ujarnya.

Direktur Borneo Riam Outdoor (BRO) Kalsel, Bandi Chairullah mengatakan, cikal bakal wisata petualangan sudah ada sejak lama tetapi baru menjadi trend dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia termasuk Kalsel.

“Kalsel yang memiliki kawasan Pegunungan Meratus yang membentang di 10 kabupaten tentunya merupakan potensi besar untuk dikembangkan dalam bentuk wisata petualangan. Baik hutan, tebing, sungai, goa maupun gunung itu sendiri,” tutur Wakil Ketua Umum Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Kalsel ini. (azka)

Editor : Akhmad

SEKTOR pariwisata merupakan salah satu sektor yang ikut terpuruk akibat pandemi virus korona (covid -19) di tanah air. Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Kalimantan Selatan tetap optimis wisata petualangan dapat tetap eksis di tengah pandemi.

BACA JUGA:   Taman aquarium di taman pintar jogja

Hal ini dikemukakan Wakil Ketua Umum Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Kalsel, Bandi Khairullah, Jumat (21/8), di sela-sela persiapan peringatan Hari Sungai Sedunia tingkat provinsi di Banjarmasin. 

“Kita tahu sektor wisata ikut terpuruk karena pandemi, tetapi kita optimistis seiring waktu sektor wisata akan pulih termasuk wisata petualangan tirta,” ungkapnya.

Menurut Bandi penting bagi pegiat dan pengelola wisata untuk memahami dan menerapkan standar protokol kesehatan atau kebiasaan baru di sektor pariwisata, sehingga ada jaminan keamanan dan kesehatan bagi wisatawan.

Lebih jauh dikatakan Bandi Provinsi Kalsel mulai mengembangkan wisata minat khusus berupa wisata petualangan seperti rafting, tubing, cycling, dan water sport. Bandi yang juga Direktur Borneo Riam Outdoor (BRO) Kalsel, salah satu operator wisata petualangan mengatakan cikal bakal wisata petualangan sudah ada sejak lama tetapi baru menjadi trend dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia termasuk Kalsel.

Kalsel yang memiliki kawasan Pegunungan Meratus yang membentang di 10 kabupaten merupakan potensi besar untuk dikembangkan dalam bentuk wisata petualangan. Baik hutan, tebing, sungai, goa maupun gunung. Bahkan kawasan Pegunungan Meratus memiliki potensi wisata petualangan berkelas internasional.

Diakuinya meski memiliki potensi yang besar namun, industri pariwisata Kalsel masih jauh tertinggal dari daerah lain seperti Bali, Jogyakarta atau Jawa Timur. Wisata petualangan adalah sebuah kegiatan wisata menarik tetapi menantang dirancang dengan tantangan namun tetap mengutamakan proteksi keselamatan. Wisata petualangan mengandalkan potensi alam sebagai sarana utama.

baca juga: 

Beberapa wisata petualangan di Kalsel yang sudah banyak dikenal antara lain bamboo rafting Sungai Amandit, Loksado, Lembah dan puncak Kahung, perbukitan karst, puncak Halau-halau Meratus, Riam Nateh dan lainnya. Lebih jauh Bandi mengatakan saat ini di Kalsel sudah terbentuk kepengurusan FAJI di lima kabupaten/kota  yaitu Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Balangan, dan Kabupaten Tabalong. Dalam waktu dekat juga akan dibentuk kepengurusan FAJI Kabupaten Tanah Laut. (OL-3)

 

Oleh Hasan Zainuddin
Banjarmasin,8/5 -Suara gemercik air sungai yang jernih di hamparan dedaunan hijau hutan hujan tropis, Lembah Kahung Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menjadi daya pikat orang mendatangi kawasan itu.
Apalagi kawasan ini dinilai masih tersimpan “sejuta” pesona flora dan fauna yang menandakan kawasan alam ini masih perawan atau belum terjamah banyak tangan jahil manusia.
Kawasan bercurah hujan rata-rata 1.150 – 2.000 mm pertahun dengan Kelembaban rata-rata 73 – 82 persen itu terdapat banyak sungai melingkar, berbukit bebatuan, gua, lembah, riam, jeram, pohon besar, dan ber tebing.
Kondisi alam demikian maka diyakini pula miliki potensi wisata petualangan (adventure) yang layak jual  di era Visit Indonesia Year (VIY) 2008 atau visit Kalsel tahun 2009 mendatang.
Kepala Dinas Pariwisata Kalsel, Bihman Muliansyah disaat pertemuan (coffie morning) pejabat Pemerintah Propinsi (Pemprop) Kalsel dipimpin Sekdaprop, Muchlis Gafuri di Graha Abdi Persada kantor Gubernur setempat, Banjarmasin, (7/5) menyatakan akan menjual keasrian lembah Kahung itu.
“Keperawanan” alam lembah Kahung yang lokasinya relatif lebih dekat dengan kota Banjarmasin, dinilai  menjadi solusi pariwisata Kalsel kedepan.
Upaya menjual kawasan objek wisata tersebut diperlukan sejumlah dana setidaknya menyediakan infrastrukturnya minimal Rp4 miliar, dana tersedia baru Rp1 miliar, tapi bila dibantu pemerintah pusat infrasstruktur iru selasai tahun 2009 nanti, katanya.
Gubernur Kalsel, Drs.Rudy Arifin sendiri memuji keberadaan lembah Kahung ini, bahkan berjanji akan lebih mempopulerkan kawasan ini sebagai objek wisata petualangan masa depan.
Bahkan saat pertemuan dengan jajaran perusahaan penerbangan PT Garuda Indonesia belum lama ini sepakat untuk menjual objek wisata Kalsel itu ke seluruh Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri.
Kesepakatan itu tercetus saat gubernur serta Muspida ke markas PT Garuda Indonesia Jalan Merdeka Selatan Jakarta dalam acara Tour Eksekutif Safety Program.
Diakui gubernur tujuan utama wisman itu Bali, tapi kebanyakan wisman ingin pula kelain tempat seperti Kalsel,  agar Kalsel jadi tujuan harus ada kerjasama promosi dengan penyelanggara penerbangan internasional seperti PT Garuda ini.
Lembah Kahung
Lembah Kahung yang merupakan bagian dari Pegunungan Meratus Kalsel selama ini masih mengandung segudang misteri, lantaran jarang dijangkau manusia.
Bahkan warga sekitar itupun enggan berkunjung ke kawasan hutan lebat ini lantaran adanya anggapan setiap hutan lebat mengandung nilai-nilai mistik.
Tetapi yang membuat kawasan itu jarang terjamah adalah keberadaan hewan liar yang disebut kalimatak  atau pacat (lintah darat) yang siap menghisap darah manusia yang berani menjajakan kaki ke kawasan itu.
Belum lagi sering dijumpainya tumbuhan beracun yang disebut “jelatang” yang siap membuat kulit manusia kesakitan dan kegatalan. Atau sakitnya tusukan onak dan duri dari berbagai tanaman berduri dan rotan yang puluhan spicies hidup di kawasan itu.
Pengalaman yang agak “menyeramkan” tersebut setidaknya pernah dialami saat tombongan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjar yang dipimpinan Sekda setempat, Yusni Anani menjelajah kawasan itu guna menyingkap misteri Lembah Kahung.
Untuk menuju ke lembah kahung, ditempuh delapan jam dari ibukota Kabupaten Banjar, Martapura.
Jarak Martapura dengan Banjarmasin ibukota Propinsi Kalsel, 45 KM waktu tempuh naik mobil sekitar satu jam, berarti dari Banjarmasin ke lokasi objek wisata petulangan itu sekitar sembilan jam.
Dari Martapura, dapat ditempuh perjalanan darat selama satu jam menuju Waduk Riam Kanan. Perjalanan dilanjutkan via sungai menggunakan kelotok (perahu mesin tempel) selama dua jam.  Setelah itu baru dilanjutkan dengan hanya  berjalan kaki selama lima jam lebih.
”Wah Keindahan alam di sini ternyata benar adanya. Bukan dongeng belaka. Hutannya masih bagus, sungainya masih jernih,” kaya Yusni Anani saat berada di Lembah Kahung bersama rombongan dalam perjalanan dua hari Jumat-Sabtu (21-22 Maret 2008).
Rombongan Pemkab Banjar tadinya 90 anggota tinggal sekitar 30 anggota tim yang sampai ke dalam hutan Lembah Kahung yakni ke pusat lembah yaitu air terjun Kahung Besar, selebihnya balik kanan karena kelelahan serta karena takut lantaran anggapan angker kawasan itu.
“Sangat melelahkan,” begitu komentar setiap anggota rombongan dalam perjalanan membuka misteri kawasan itu.
Berdasarkan laporan wartawan yang mengikuti rombongan tersebut seperti dilansir media massa setempat jarak tempuh ke Lembah Kahung sangat jauh,  jalannya terjal mendaki serta melewati sisi jurang sangat curam.
Perjalanan diikuti Camat Martapura Timur dan Camat Aranio, Kapolsek Aranio, Kasatpol PP dan Kabag Humas kabupaten Banjar, staf dari Dinas Pariwisata dan Dinas Kesehatan kabupaten Banjar, beberapa personel dari Kepolisian dan Koramil setempat, anggota Orari Lokal Banjar serta anggota rombongan lainnya.
Dalam perjalanan hanya jalan kaki di medan berat rombongan sempat beberapakali beristirahat,  saat tiba di salah satu selter atau tempat peristirahatan dibangun warga sejak empat tahun lalu.
Ada tiga selter tersedia di sana, jarak tiap satu selter minimal satu jam perjalanan.
Sarana  transportasi lembah Kahung selain rakit bambu juga ada kerbau yang bisa ditunggang untuk menyebarangi sungai guna menjelajah kawasan itu.
Menurut Yusni, wisata lembah Kahung masuk dalam Rencana Induk Pariwisata Daerah (RIPDA) Kabupaten Banjar dan Propinsi Kalsel, agar kedepannya menjadi “magnet” kunjungan wisatawan nusantara (Wisnu) dan wisman ke wilayah ini.
Pemkab Banjar sendiri menilai Lembah Kahung merupakan kawasan wisata baru di kabupaten ini selain pendulangan intan tradisional, serta pasar permata Bumi Selamat Martapura.
Kelebihan Lembah Kahung adalah sebagai objek petualangan yang belakangan kian diminati wisman, apalagi di sana terdapat ratusan dan mungkin ribuan spicies flora dan fauna hutan hujan tropis atau hutan tropis basah.
Berdasarkan  catatan flora dan fauna yang terdapat di kawasan itu antara lain meranti (Shorea spp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), kahingai (Santiria tomentosa), damar (Dipterocarpus spp.), pampahi (Ilexsimosa spp.), dan kuminjah laki (Memecylon leavigatum).
Kemudian ada pohon keruing (Dipterocarpus grandiflorus), mawai (Caethocarpus grandiflorus), jambukan (Mesia sp.), kasai (Arthocarpus kemando), dan lain-lain.
Sementara spicies faunanya antara lain bekantan (Nasalis larvatus), owa-owa (Hylobates muelleri), lutung merah (Presbytis rubicunda), beruang madu (Helarctos malayanus), rusa (Cervus unicolor), kijang merah (Muntiacus muntjak), kijang mas (Muntiacus atherodes), pelanduk (Tragulus javanicus), dan landak (Hystrix brachyura).
Kemudian juga ada satwa musang air (Cynogale benetti), macan dahan (Neofelis nebulosa), kuau/harui (Argusianus argus), rangkong badak (Buceros rhinoceros), enggang (Berenicornis comatus), elang hitam (Ictinaetus malayensis), elang bondol (Haliastur indus), raja udang sungai (Alcedo atthis), raja udang hutan (Halycon chloris), dan lain-lain.
Mengingat Lembah Kahung bagian pula dari kawasan Pegunungan Meratus di Kalsel, maka diperkirakan pula menyimpan pesona anggrek hutan Kalimantan.
Kawasan anggrek yang cukup di kenal di Kalsel adalah hutan Pegunungan Meratus wilayah yang membujur dari selatan ke utara meliputi Kabupaten Tanah Laut, Kotabaru, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Tabalong, Balangan dan Hulu Sungai Tengah (HST).
Bukan saja terdapat dua jenis anggrek yang dikenal luas hidup di daratan Kalimantan yakni anggrek hitam (Coelogyne pandurata) dan anggrek tebu (Grammatophyllum Speciosum), tetapi beberapa jenis anggrek lainnya.
Beberapa jenis anggrek yang dikenal tumbuh di kawasan hutan Kalsel  seperti jenis Phalaenopsis bellina, Arachis breviscava, Paraphalaenopsis serpentilingua, Macodes petola,jewel orchids, Tainia pausipolia, anggrek tanah, Phalaenopsis cornucervi, Coelogyne asperata -Bulbophyllum beccari.
Anggrek pandan Cymbidium finlaysonianum, Dorrotis pulcherrima, Chairani punya Plocoglotis lowii, Tainia pauspolia, Destario Metusala, Ceologyne espezata, Paphiopedilum lowii dan Paphiopedilum supardii (anggrek nanas) diperkirakan menghiasi kawasan ini.
Yang pasti di kawasan ini terdapat sejenis anggrek bulan khas setempat, yakni anggrek bulan peleihari yang konon hanya hidup di kawasan hutan Kabupaten Banjar dan Peleihari Kabupaten Tanah Laut.
Anggrek ini pula yang sangat menjadi perhatian Ketua Persatuan Anggrek Indonesia (PAI), Ny Jusuf Kalla saat berkunjung ke Kalsel, dan membawanya untuk menambah koleksi anggreknya di Jakarta.
Melihat keunikan Lembah Kahung, maka wajar bila Pemprop Kalsel melalui Dinas Pariwisata  Kalsel akan lebih mempopulerkan objek wisata ini bersama kawasan Loksado sebagai objek wisata petualangan disamping objek wisata pasar terapung dan 122 objek wisata lainnya saat  VIY 2008 dan visit Kalsel 2007.
Tentu saja objek wisata tersebut akan meningkatkan kunjungan wisata ke Kalsel yang sudah tercatat 368 ribu wisnu 30 ribu wisman 2007 lalu, asal kehandalan wisata itu dipadukan dengan konsep aman, ramah, tertib, sopan,  dan indah, kata Kepala Dinas Pariwisata Kalsel Bihman Muliansyah.

BACA JUGA:   Tempat wisata keluarga di wonosobo

kahung

LEMBAH KAHUNG

Dengan sebuah mobil berangkat di pagi dari kotaMartapura menuju sebuah danau buatan Riam Kanan, danau buatan ? ……….. karena danau itu adalah up streamnya bendungan Ir.Pangeran M. Noor sebagai salah satu PLTA di Kalimantan Selatan, waktu tempuh sampai ke dermaga Tiwingan di Riam Kanan (nama danau bendungan Riam Kanan) kira kira 30 menit. Sesampai di dermaga telah menuggu beberapa buah kelotok ( perahu bermesin) yang siap untuk disewa Rp. 250.000,- pulang pergi.
Dari dermaga Tiwingan dengan kecepatan sedang kelotok meluncur di tengah danau menyusuri alur menuju dermaga Desa Belangian yang penduduknya berjumlah 90 KK, dimana mata pencaharian pendudukan setempat adalah bertani, mencari ikan, memelihara kerbau dan sapi, tapi penduduknya sangat menjaga kelestarian hutan dibelakang desanya karena keberadaan hutan adalah bagian keberadaan kehidupan mereka sebagai sumber mengalirnya air sungai yang melintasi desa mereka dan juga tempat mereka mencari ikan untuk lauk makan sehari hari. Cukup lama, sekitar 2 jam baru sampai ke dermaga desa Tiwingan.
Cukup dengan berjalan kaki selama 15 menit sampailah ke desa Belangian, kalau hari masih pagi maka perjalanan dapat diteruskan menuju Lembah Kahung, tapi kalau sudah siang apalagi sore, profesional sugestion is  . . . . .  nginep aja di desa, lumayan menambah pendapatan masyarakat desa walaupun mereka tidak memasang tarif nginep atau supper n breakfast . . . . . esok paginya baru berangkat, tentunya setelah bebenah mandi pagi, menyiapkan ransum,dll . . . maklum diperjalanan nggak cafe yg buka !!! jangankan cafe, warung aja nggak ada (yusni Anani)

Kalsel Garap Wisata Lembah Kahung

BANJARMASIN – Pemerintah Provinsi (pemprov) Kalsel mulai tahun ini menggarap secara lebih serius Wisata Alam Lembah Kahung di Aranio Kabupaten Banjar menjadi salah satu obyek wisata andalan.

BACA JUGA:   Gunung Penanggungan Tips Blog: Pelajari Tips Mendaki Gunung Penanggungan dari Blog Ini

Dana yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur dan fasilitas wisata diperkirakan Rp 4 milyar.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalsel Drs H Bihman Yuliansyah menuturkan anggaran tersebut diupayakan tidak akan terlalu menguras APBD.

Dia berharap, pemerintah pusat memberikan dukungan untuk realisasi pembangunan taman wisata alam tersebut.

Pekerjaan paling mendesak menurutnya adalah pembuatan akses jalan di kawasan tersebut. Karena merupakan wisata alam, maka wisatawan diajak menikmati keindahan di daerah yang termasuk kawasan hutan lindung tersebut. Sehingga jalan yang akan dibuat adalah prasarana untuk bersepeda dan menggunakan ojek.

Dalam pemaparan di Graha Abdi Persada kemarin, Bihman bersama konsultan menerangkan grand design Wisata Alam Lembah Kahung dihadapan Sekdaprov Kalsel Muchlis Gafuri dan para pejabat Pemprov Kalsel.

“Lembah Kahung memiliki daya tarik wisata karena kondisi alamnya yang masih perawan, air terjun yang jernih dan terdapat Flora dan Fauna. Sehingga layak untuk dikembangkan karena memiliki daya saing dengan obyek wisata lain,” urainya.

Untuk menuju Lembah Kahung memang cukup memakan waktu. Kawasan tersebut berada di Desa Belangian. Kalau dari Banjarmasin, maka perjalanan darat dilakukan melalui Aranio sekitar kurang lebih 1,5-2 jam. Diteruskan dengan 2 jam naik kelotok mencapai desa.

“Selama perjalanan menggunakan kelotok, akan dijumpai hutan pinus, desa-desa dan pesona keindahan alam dengan hawa yang dingin. Selain itu disedikan shelter atau tempat pemberhentian untuk beristirahat,” imbuhnya.

Sekdaprov Kalsel Muchlil Gapuri mengharapkan karena merupakan kawasan hutan lindung, maka perlu sinkronisasi dan kerjasama antar instansi terkait. Misalnya Kehutanan, PU dan dinas Pariwisata.

“Kalau bisa dananya dari dana sharing dan ada manajemen sinergi sehingga tidak ada saling lempar tangan dalam mengelola kawasan tersebut,” ujarnya.

Sekdaprov juga menginginkan tugas pemerintah daerah bukan hanya sebatas membangun. Melainkan juga menjaga dan memelihara sehingga tidak hancur termakan waktu.

kompas foto kompas images

Iklan

Daftar Isi Artikel

Share this:

Menyukai ini:

Suka

Memuat…

Also Read

Bagikan: